Mohon tunggu...
Manihot Ultissima
Manihot Ultissima Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pasukan semut yang suka bergotong royong

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yuk ke Wana Wisata Papandayan!

7 Desember 2015   09:18 Diperbarui: 7 Desember 2015   10:07 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

By. Manihot Ultissima (MU)


Tulisan 1 dari banyak tulisan lain yang akan menyusul. Weka weka weka.

Anda suka suasana pegunungan yang dingin dan teduh ?, atau barangkali anda suka bersepeda ditengah-tengah hutan eucaliptus dan pinus ?, atau... anda mungkin termasuk seorang bolang alias bocah petualang yang hobby menjelajahi kesunyian ?, atau... jangan-jangan anda adalah salah satu penyuka kegiatan kemping di puncak gunung berselimut kabut dengan hamparan bunga abadi edelweis ?.. ya, jika anda salah satu diantara yang saya sebutkan diatas, maka gunung Papandayan mulai besok layak untuk anda pertimbangkan sebagai tujuan perjalanan liburan anda bersama keluarga, teman, kolega dan handai taulan.

Harus diakui memang kalau hutan gunung Papandayan kini sudah tak serimbun dulu, bahkan di beberapa lokasi hutan pinusnya sudah bermetamorfosis menjadi hutan tomat, kentang, kol atau sayuran lainnya, tapi jangan khawatir, masih ada beberapa lokasi yang tersisa untuk anda pemerhati, pegiat lingkungan hidup dan penghobi suasana hutan.

Kawasan Nagklak, yang terletak diatas Gunung Jaya sampai ke perbatasan kawasan konservasi Wana Wisata Kawah Papandayan, hutan pinusnya masih terbilang cukup perawan untuk anda jelajahi, liku-likunya menawarkan dunia yang berbeda dengan hidup keseharian anda semua di dalam ruangan kerja yang terdiri atas meja, PC dan setumpuk berkas kerja.

Dengan berjalan kaki ? oke, pakai sepeda ?, kenapa tidak ?, asalkan anda cukup hati-hati memilih trek diantara semak belukar, sepertinya akan aman-aman saja, jangan lupa siapkan perbekalan yang cukup, kompas, cermin, pisau, tenda, korek api dan makanan plus minuman, dengan itu anda tidak perlu khawatir.

Setelah anda menyusuri hutan pinus dan suagi khas Gunung Papandayan, manakala sampai di pelataran terminal, kaki penat anda layak untuk beristirahat di warung-warung penjual makanan ringan yang tersedia sepanjang, harganya makanan minuman yang bersahabat dengan dompet pelajar dan mahasiswa, dipastikan tidak akan membuat anda pulang berjalan kaki sampai dirumah.

Jangan berhenti disana, lanjutkanlah beberapa ratus meter ke atas, areal situs vulkanologi berupa kawah yang menghampar diatas hampir 20 Hektar lebih masih menanti jamahan kaki anda. Kawah emas yang berwarna kuning dengan asap belerang tebal, kawah seeng yang bunyinya mirip kereta api, kawah baru bekas letusan tahun 2001, dan masih ada beberapa kawah lainnya yang cukup besar, tapi berhati-hatilah !, di sepanjang jalan setapak, rembesan kawah-kawah kecil bertebaran, meskipun tidak membahayakan, tapi mungkin saja bisa membuat telapak kaki anda kepanasan.


Mungkin sekali saat anda sudah berada di lokasi ini, nafas anda sudah ngos-ngosan menapaki trek yang menanjak hampir 30 derajat, tapi kalau masih banyak stok nafas, lanjutkanlah menuju puncak pondok saladah, tempat anak-anak muda berkemping ria. Tapi saya sarankan, untuk para “Bolang” yang darahnya masih segar, pakailah jalur menuju Pondok Saladah yang melewati hutan mati, persis diatas kawah baru yang dibawahnya akan anda lihat danau warna., danau yang konon menurut para ahli kimia dan vulkanologi, warna airnya dipengaruhi oleh kandungan kimia yang berasal dari perut bumi, kadang-kadang berwarna hitam, hijau, merah bahkan saat-saat tertentu bisa berwarna biru.


Hutan mati, adalah mantan hutan suwagi yang terkena aliran wedhus gembel alias awan panas dengan suhu diatas 200-800 derajat celcius saat terjadinya erupsi Gunung Papandayan tahun 2001 lalu. Bentuknya yang berupa tonggak-tonggak pohon kayu berwarna hitam hangus membuat imanjinasi kita seakan sedang berada di suatu tempat di planet lain.


Lokasi inilah yang sekarang menjadi favorit pengunjung Wana Wisata Papandayan untuk berfoto selpie, membuat foto pre wedding atau sekedar numpang lewat sambil terkagum-kagum terhadap ciptaan-Nya yang maha hebat. Eits... tunggu dulu.....!, ini bukan perhentian terakhir anda, ini hanya boleh menjadi tempat transit saja untuk sekedar melemaskan otot kaki anda setelah diajak menanjak sepanjang hampir 1Km.


Tak perlu waktu lama untuk anda sampai di Pondok Saladah dari hutan mati, hanya kira-kira sepemakanan permen saja – waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan sebungkus permen atau kita-kira 7 menit -, setelah tiba di lokasi ini anda baru boleh menggelar peralatan kemping anda, dirikan tenda secepatnya mumpung masing ditemani matahari, buatlah makanan untuk mengganjal perut yang mulai bernyanyi fals, ingat !, jangan dulu memainkan gitar, sebentar lagi malam tiba dan suhu udara disini bisa mencapai 8 derajat celcius, dinginnya bisa membuat tulang anda ngilu loo !.


Selepas anda menghangatkan tubuh, membikin api unggun dari peralatan memasak anda – dilarang keras mengambil dahanatau ranting suagi untuk sumber api unggun bro !- anda baru boleh memainkan gitar atau harmonika atau biloa atau MP3 player, bersantailah !, besok pagi anda harus mempersiapkan diri untuk mendaki ke tegal alun-alun, tempat ladang edelweis sang bunga abadi tumbuh, jalur pendakian 45 derajat sepanjang 1 km, dimana ada kemungkinan dagu anda bersentuhan dengan lutut.

Malam ini tidur sajalah dulu, 8 jam peling sedikit, agar esok nafas dan tubuh anda lebih bisa diajak ber-adventur ria. Sayapun karena lagi kurang enak badan akan menemani istirahat anda, Inshaallah besok saya ikut bersama anda naik ke tegal alun !, ciao

Kaki gunung Papandayan, 07 Desember 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun