Bagian 1 Masa Kecil Rini
Oleh: Ena Rohana Genibara/Mang Utas
Angin pagi berhembus menyingkap selimut, menggelitik telapak kaki kecilnya, disusul suara adzan Subuh yang bersahutan dari setiap penjuru Kota Sragen. Tak seberapa lama derik timba sumur disamping rumahnya berbunyi memecahkan mimpinya.
Terdengar langkah kaki mendekati kamar tidurnya, lalu ada belaian tangan yang mengusap punggung penuh kasih sayang. “Nak bangun… sudah Subuh tuh…Shalat gih..”
“Iya Bu bentar…” jawabnya sambil menarik erat selimutnya.
“E.e.eh…piye toh..iki, kan kata Pak Ustad juga gimana kemarin? Kalau Shalat tidak boleh ditunda-tunda..masih ingat?”
“Iya..iya Bu..Rini mau bangun nih”
“Nah gitu ini namanya putri cantik Ibu.”
Bapaknya yang sedari tadi menimba air sumur masuk ke dalam rumah kemudian mengambil handuk, “Rin cepetan ambil wudhu kita Shalat berjamaah.”
Si kecil Rini hanya menganguk, terus keluar kamar diikuti ibunya.
Selesai menunaikan Shalat Subuh, Rini dan Ibunya pergi menuju dapur kemudian menyalakan tungku perapian.
“Mau masak apa Bu?” tanya Rini membuka percakapan
“Kita masak air dulu, kita buat kopi untuk Bapakmu.”
“Bukannya ada air panas di thermos.”
“Kan udah Ibu jual kemarin ke Pak Tono.”
“Kenapa dijual Bu? Kita kan perlu.”
“Sudahlah Nak..nanti kita beli lagi yang lebih bagus kalau sudah punya uang, tuh airnya sudah mendidih tolong ambil gelasnya sama gula kopinya.”
“Bu… gulanya habis..!”
“Ya sudah pakai gula merah saja ambil ditempat bumbu.”
“Sekarang Rini kasihkan kopinya ke Bapak ya.”
“Iya Bu.”
“Wah..wah..wah… anak Bapak sudah bisa bikin kopi rupanya..sini Nak..coba Bapak sudah tidak sabar ingin minum kopi buatan anak Bapak.”
“hemmmmm….enak…Rin…kamu pinter Nak…terima kasih ya nak”
“Bukan Rini kok Pak.. yang bikin..Ibu yang bikin.”
“Nanti bilangin ke Ibu, gulanya kurang banyak dikit gitu yah.”
“Ooh..gulanya habis Pak, itu pake gula merah untuk masak.”
“Ya sudah tidak apa-apa, sekarang mendingan Rini mandi, nanti kesiangan masuk sekolah.”
Bersama teman-temannya Rini selalu berangkat pagi-pagi menuju sekolah, langkah kaki kecilnya kadang terseok-seok mengejar teman-temannya yang berlari. Di kelasnya Rini termasuk anak cerdas dengan nilai-nilai yang cukup dan selalu mendapat pujian dari kedua orang tuanya dan sekaligus menjadi kebanggaan ibu bapaknya.
##Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H