Mohon tunggu...
Abdulrozak Asm
Abdulrozak Asm Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Saya Seorang Suami dan Ayah Beruntung.

Seorang Suami dan Ayah Beruntung. Catatan lain saya di sini www.catatanabdul.web.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Penghapusan Listrik Golongan 4400 VA ke Bawah, Jadi Kebijakan yang Mengarah pada Pemborosan?

15 November 2017   10:42 Diperbarui: 17 November 2017   10:54 8275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini Saya Lainnya

Selain hal yang saya ungkapkan diatas itu, jika pemborosan yang saya perkirakan itu tidak dianggap pemborosan. Sebetulnya saya masih heran dan sangat heran mengapa akan diambil kebijakan pengapusan listrik golongan 4400Va ke bawah. Menurut saya seperti pada alasan di atas tadi penghapusan golongan 4400VA ke bawah akan meningkatkann konsumsi listrik. Padahal listrik saat inipun masih sering mati.

Jika kita melihat pulau Jawa mungkin jarang mati, tapi coba tengok pulau sebelah seperti Kalimantan. Mati lampu sudah menjadi hal rutin tidak satu atau dua jam bisa seharian. Kota Pelaihari saja baru-baru ini sekitar tanggal 4 November mati seharian mulai jam 9 pagi jam 6 sore belum menyala.

Begitupun di Sulawesi baru-baru ini mati total hampir di seluruh wilayah sampai layanan umum pun terganggu. Apakah kita siap menerima lonjakan penggunaan listrik tersebut? Menurut saya yang berada di pulau di luar pulau Jawa sih belum bisa. Itu jika kita berkaca pada kemampuan pemenuhan kebutuhan akan istrik.

Di Kalimantan bahkan digalakan baik di radio, koran, dan spanduk tentang penghematan penggunaan listrik. Matikan lampu yang tidak digunakan dari jam 5 sore sampai jam 11 malam. Lalu apa yang akan terjadi ketika setiap orang bisa menggunakan daya listrik yang lebih besar?

Kondisi saat ini saja sudah minus. Dari segi kemampuan pemenuhan pun menurut saya masih belum siap. Ya mungkin tidak langsung saat ini dan akan berlaku mulai tahun depan. Namun mungkinkah kita surplus listrik untuk persiapan lonjakan tahun depan? Saya tidak tahu.

Namun dari Opini kedua inilah saya kemudian menjadi sangat khawatir. Kenapa menjadi khawatir karena seperti hukum dagang secara umum jika kebutuhan tinggi dan pemenuhan kurang maka harga bisa naik atau dilakukan pemenuhan dari luar.

Manurut saya kedua-duanya juga tidak enak bagi saya. 

Pertama jika terjadi kekurangan pasokan dan harga naik tentu sangat memberatkan saya dalam membayar listrik. Begitupun bagi anda semuanya pasti tidak mau jika harganya jadi mahal. Ya mungkin saat ini biaya listrik tidak naik, tapi bagaimana dalam satu atau dua tahun lagi. Bisa bahaya.

Pilihan kedua pun sama tidak enaknya bagi saya. Jika sampai pemenuhan listrik dilakukan dari luar baik itu listriknya atau teknologinya tidak enak juga. Kita hanya akan menjadi konsumen saja, penonton saja, pengguna saja. Kapan kita mau berdaulat energi, punya energi melimpah sendiri dan lain-lain.

Jika teknologinya dari luar ya sama. Kapan kita bisa berdaulat teknologi. Kita hanya akan menjadi penonton saja. Konsumen saja, pengguna saja yang mengeluarkan uang saja. Kapan kita berdaulat energi bahkan kelebihan energi dan bisa ekspor energi listrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun