Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Tubagus Rahmat Saf Rai

Jurnalis || Founder Sekumpul EduCreative II Direktur Wilip Institute || Penulis Skenario Film || Bidang Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi PWI Kota Cilegon || Humas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Warga Ketakutan, Rumah Bersebelahan Dengan Penyimpanan Limbah Batu Bara PLTU Suralaya Unit 9-10

2 Februari 2025   05:59 Diperbarui: 2 Februari 2025   00:51 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi penyimpanan limbah batu  barah fly ash dan bottom ash milik PLTU Suralaya Unit 9-10

Di permukiman warga sekitar PLTU Suralaya Unit 9-10, rasa cemas kini menyelimuti mereka. Sebuah fasilitas baru, tempat penyimpanan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) dari limbah batu bara PLTU Suralaya Unit 9-10, tengah dipersiapkan untuk dioperasikan setelah pabrik pembangkit listrik itu berfungsi penuh. 

Kehadiran tempat penyimpanan linbah ini menjadi sumber ketakutan yang terus mengganggu pikiran mereka. Keberadaannya berjarak beberapa meter saja dari lokasi banker FABA dengan rumah warga. 

Irsyad, salah seorang warga yang tinggal hanya beberapa meter dari fasilitas tersebut, mengungkapkan kecemasannya. Tembok besar banker FABA itu sangat dekat dengan rumah-rumah, masjid, dan sekolah anak-anak. 

"Kami sangat khawatir dengan dampak yang bisa timbul," ujarnya, sambil memandang ke arah bangunan yang masih tampak kosong.

Irsyad memastikan, wargahingga kini belum mendapat informasi yang jelas mengenai apa itu banker FABA dan potensi bahayanya jika terjadi kegagalan teknologi Industri atau bencana lainnya.

Selama ini, debu-debu atau Fly Ash dari komplek pabrik PLTU Suralaya sudah cukup berdampak pada masalah kesehatan warga. Kini limba FABA dari batu bara itu akan disimpan tidak jauh dari pemukiman warga. 

Diketahui bahwa, Fly Ash adalah partikel halus hasil pembakaran batu bara yang dapat terangkat oleh angin dan berisiko terhirup oleh manusia. 

Sedangkan bottom ash adalah limbah yang lebih padat dan berat yang sering kali disimpan dalam bentuk tumpukan besar. 

Jika kedua jenis limbah ini tidak dikelola dengan benar, maka ancaman terhadap kualitas air tanah dan kualitas udara bisa saja terjadi. 

Air tanah yang menjadi sumber kehidupan warga bisa tercemar oleh resapan bottom ash, sementara udara bisa tercemar oleh fly ash yang terbang terbawa angin.

Kecemasan warga pun semakin besar karena mereka merasa tidak diberi informasi yang memadai mengenai potensi bahaya tersebut. 

Irsyad menambahkan, "Kami khawatir dengan kondisi lingkungan di sekitar kami yang bisa saja terganggu, bahkan bisa berdampak pada kesehatan. Belum lagi, anak-anak yang setiap hari melewati lingkungan ini." 

Saat dimintai keterangan melalui pesan WhatsApp, Humas PT Indo Raya Tenaga, Indra, mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada perwakilan RT dan RW. 

"Kami sudah memberikan sosialisasi sebelumnya," katanya singkat, tanpa menjelaskan lebih lanjut detail sosialisasi tersebut. 

Namun, keterangan itu langsung dibantah oleh seorang ketua RW yang tidak ingin disebutkan namanya. Ia mengungkapkan bahwa memang ada pertemuan yang disebut sosialisasi mengundang RT dan RW, namun hanya dihadiri oleh beberapa orang yang dipilih oleh pihak perusahaan. 

"Sebagian besar warga tidak tahu apa itu banker FABA dan bagaimana dampaknya. Kami merasa seperti hanya diperhatikan sedikit saja," katanya dengan nada kecewa.

Minimnya transparansi dan informasi yang diterima warga menambah keresahan yang mereka rasakan. 

Warga merasa ada sesuatu yang disembunyikan dan mereka menuntut penjelasan lebih rinci mengenai apa yang sebenarnya akan terjadi jika fasilitas tersebut beroperasi. 

Mereka menginginkan kajian independen yang dapat memastikan, apakah keberadaan banker FABA ini akan mengancam kesehatan dan kelestarian lingkungan mereka? 

Di tengah ketidakpastian ini, harapan warga pun semakin menipis. Mereka menginginkan sebuah kepastian, sebuah penjelasan yang jelas dari pihak perusahaan tentang standar keamanan yang diterapkan. 

"Saya ingin tahu apakah pemerintah dan perusahaan sudah benar-benar memikirkan dampaknya kepada kami," katanga, mengakhiri percakapan dengan kesan penuh kekhawatiran.

Sampai saat ini, meskipun waktu terus berjalan dan fasilitas tersebut semakin dekat untuk dioperasikan, warga masih menunggu penjelasan lebih lanjut dari pihak PT IRT ataupun pihak induk perusahaan PT Indonesia Power. 

Di dalam ketidakjelasan ini, hanya rasa cemas yang semakin mendalam dan harapan agar lingkungan mereka tidak terancam, masih menggantung di udara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun