Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bising dan Debu: Ironi PLTU Suralaya Unit 9-10 yang Belum Resmi Beroprasi

18 Januari 2025   01:15 Diperbarui: 18 Januari 2025   02:08 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PLTU Suralaya Unit 9-10 dari Kampung Kopi (foto Pram) 

Ketenangan malam yang dulu menjadi waktu istirahat bagi warga, kini menjadi mimpi yang sulit diraih. Bahkan, aktivitas sehari-hari, seperti bersantai di teras rumah atau menikmati waktu bersama keluarga, tak lagi senyaman dulu.

"Katanya pabrik itu masih uji coba belum produksi. Nggak tau deh jadinya nanti, setelah beneran produksi dengan bahan bakar batu bara, apa jadinya kampung ini? " katanya.

Memandang cerobong-cerobong Pabrik PLTU Suralaya dari Bukit Teletubis Kampung Buah Dodol Suralaya (Foto Pram) 
Memandang cerobong-cerobong Pabrik PLTU Suralaya dari Bukit Teletubis Kampung Buah Dodol Suralaya (Foto Pram) 

Tak hanya suara yang menjadi momok. Keberadaan debu hitam yang bertebaran semakin menambah penderitaan warga dari Unit pembangkit listrik lainnya yang telah lama beroprasi.

Seorang wanita paruh baya yang setiap hari ngangon kambing di lereng pegunungan mengeluh matanya kadang pedih dan semakin hari pandangannya kabur. Jika sedang bersih-bersih, sudut matanya terdapat kotoran hitam menggumpal.

"Kalau lama nggak hujan, banyak debu hitam itu nempel di daun-daun. Sekarang aja sering hujan, coba musim panas. Sulit air ditambah banyak debu," ujarnya saat ditemui tengah menggembala kambing di bukit Teletubis.

Bukan hanya masalah kebisingan dan debu yang mengusik warga Kampung Kopi dan Buah Dodol. Saat hujan pertama turun, air yang mengalir dari genting rumah-rumah mereka berwarna hitam.

"Air dari teritis itu hitam itu biasa. Habis hujan bukannya bersih, malah tambah kotor," keluh wanita tua yang telah lama ditinggal mati suaminya.

Ia merasa khawatir akan dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan dan lingkungan.  Cerobong-cerobong asap pembangkit listrik itu telah beroprasi seiring usia perempuan tua itu.

Kini kondisi sangat mengkhawatirkan. Orang yang sakit batuk semakin banyak. Penyakit aneh yang dulu tidak ada, sekarang bermunculan di derita banyak orang.

Meski kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, warga mengaku belum mendapatkan respons nyata dari pihak terkait. Ketakutan untuk menyuarakan keluhan semakin besar karena mereka merasa tak punya daya di hadapan perusahaan raksasa seperti PT Indo Raya Tenaga, anak perusahaan PT Indonesia Power.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun