LC bisa diibaratkan sebagai pasangan kekasih di  tempat dugem. Maka tangan-tangan pengunjung bebas berselancar merabah diseluruh lekuk tubuhnya. Memeluk hingga menciumnya.
Semakin pengunjung menikmati, makin banyak pula saweran yang didapat LC. Tidak ada yang berani mengusik apapun yang dilakukan oleh pengunjung dan LC.
Terkadang, disaat terlalu banyak minum, efek alkohol membuat orang lebih agresif. Tidak adalagi rasa malu bermesraan hingga adegan-adegan dewasa di muka umum.
Toilet perempuan biasanya menjadi pelampiasan akhir untuk melakukan seks kilat.
Perbuatan seperti itu, bagi pengunjung tempat hiburan malam adalah sesuatu yang biasa saja. Para LC yang bekerja memberikan jasa kepuasan kepada pelanggan.
Tak jarang, setelah musik berahi dan lampu disko padam, pelanggan yang masih ingin mendapatkan kepuasan dari LC bisa lanjut di luar.Â
Di tiap tempat hiburan malam di JLS memiliki banyak LC. Jumlahnya bisa sampai ratusan LC. Tumbuh subur tempat hiburan malam turut menarik banyak LC dari berbagai daerah.
Dari informasi beberapa LC yang dikenal, umumnya berasal tidak jauh dari JLS Cilegon atau masih berasal dari wilayah Banten. Hanya saja, mereka yang mau bekerja menjadi LC berasal dari daerah pelosok yang sulit mendapatkan pekerjaan, atau mereka yang mengalami tuntutan kebutuhan hidup sangatlah besar.
Menjadi LC harus mampu bersaing dengan keras. Memiliki paras cantik, kulit bersih, dan tubuh seksi adalah wajib untuk mendapatkan peluang lebih besar dipilih pengunjung.
Ups, sayangnya, para LC di JLS Cilegon biasanya yang sudah tidak laku bersaing dari tempat hiburan kelas atas seperti Jakarta, atau lokalannya adalah diskotik di Anyer.
Tugas utama LC adalah menghibur. Semakin memuaskan pengunjung semakin banyak saweran yang didapat. Kehadirannya adalah sedap malam di diskotik. No, LC, No Party.