Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seperti Pantai Mati, Melihat Kondisi Kerusakan Lingkungan di Belakang PT Krakatau Posco

23 April 2024   20:26 Diperbarui: 23 Juni 2024   10:40 2119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Pantai di belakang PT Krakatau Posco (Dok. Mang Pram)

Sebagai kota yang disesaki industri-industri raksasa, Kota Cilegon, Provinsi Banten yang berada di daerah pesisir di ujung barat Pulau Jawa dan memiliki anugrah Selat Sunda, rupanya tidak lagi ada pantai yang dapat diakses masyarakat umum untuk dinikmati.

Namun, bukan berarti pantai yang terblokir oleh tembok-tembok tinggi industri tidak bisa diakses, masih ada cela untuk para pemancing menuju pantai. Semacam  Hidden Gems, destinasi tersembunyi.

Sore itu, selepas hujan, cuaca sangat cerah. Saya diajak kawan mancing di pantai persis di belakang Pabrik Baja PT Krakatau Posco. Membawa sebilah joran pancing, menyusuri garis pantai yang bersebelahan dengan tembok pagar industri.

Saat itu air laut sedang surut. Sejauh mata memandang, matahari yang mulai keemasan tampak indah di atas garis permukaan laut. Sejumlah kapal besar seperti tongkang batu bara mengambang di atas Selat Sunda.

Sejenak terasa seperti Hidden Gems, namun keindahan laut seketika berubah suasana, ketika di pantai terasa tidak normal lagi.

Karang dan koral mati (Dok. Mang Pram)
Karang dan koral mati (Dok. Mang Pram)
Seperti Pantai Mati!

Hamparan karang dan koral mengering pucat, tidak ada satu pun menemukan kehidupan binatang khas pantai, seperti kepiting kecil, kerang, atau pun ikan-ikan kecil.

Karang-karang rusak menjemput takdirnya mengering dan mati. Di rongga-rongga karang mati itu tersangkut sampah plastik. Serta terdapat banyak batu bara yang tercecer.

Segumpal benda hitam menyerupai batu, namun ketika dipegang terasa lebih ringan, ialah batu bara.  Bahan bakar  dari fosil yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan mati terlengkap tanah jutaan tahu itu, banyak tercecer begitu saja.

Bongkahan batu bara yang ditemukan di pantai (Dok. Mang Pram)
Bongkahan batu bara yang ditemukan di pantai (Dok. Mang Pram)
Tidak heran jika banyak batu bara ditemukan di atas pasir atau pun tersangkut di karang. Tidak jauh dari pantai, ada kegiatan pemindahan batu bara dari tongkang ke pabrik.

Mungkin dari aktifitas tersebut, batu bara terjatuh di laut dan terbawa arus hingga tersangkut di pantai. Melihat jumlahnya yang tidak sedikit, tentu berdampak pada kerusakan lingkungan, apalagi aktifitas bongkar muat batu bara sudah berlangsung bertahun-tahun.

Penemuan banyaknya batu bara di pantai, mengindikasi adanya keteledoran dalam aktifitas pemindahan batu bara. Sehingga batu bara yang terjatuh itu kemungkinan telah merusak ekosistem di sekitarnya.Sebagai fosil, batu bara mengandung berbagai zat beracun dan logam berat seperti merkuri, arsenik, dan sulfat.  Ketika batu bara terjatuh ke laut, zat-zat dalam kandungannya menjadi larut dan mencemari ekosistem laut, mempengaruhi keseimbangan ekosistem, dan berdampak negatif pada biota laut yang tergantung pada perairan tersebut.

Organisme laut dapat menelan partikel-partikel batu bara, baik secara langsung atau dari rantai makanan yang bisa menimbulkan keracunan dan kematian.

Dasar laut juga terkena dampak kerusakan ketika partikel-partikel batu bara mengendap. Ini menjadi sebab kematian terumbu karang, padang lamun dan ekosistem bentik lainnya. Hingga pantai pun tak luput dari pencemaran yang serius, membahayakan kehidupan hewan dan manusia.

Lumpur limbah B3 (mang Pram)
Lumpur limbah B3 (mang Pram)

Tak hanya batu bara, di pantai itu terdapat endapan lumpur hitam dengan tekstur kenyal seperti jeli. Semakin dalam dikeruk, di atas genangan air akan muncul minyak.

Keberadaan endapan lumpur ini tidak jauh dari gorong-gorong pembuangan air limbah pabrik. Entah yang keluar berupa bahan kimia, bahan radio aktif, logam berat, gas atau bahan-bahan lainnya.

Menggali ke beberapa tempat, masih tetap menemukan lumpur hitam. Bau yang menyengat tidak seperti tanah lumpur pada umumnya. Tidak ada satu pun binatang yang hidup. Karena biasanya, lumpur secara alami menjadi tempat hidup cacing kecil.Kondisi pantai yang minim adanya keanekaragaman mahluk hidup menjadi gejala umum pencemaran lingkungan hidup.

Penemuan batu bara yang berserak dan lumpur hitam yang mengendap menjadi indikator adanya pencemaran. Organisme laut mungkin menghindari perairan yang tercemar atau mati akibat paparan zat beracun dalam limbah pabrik.

Kondisi pantai yang diduga mengalami pencemaran limbah pabrik memerlukan perhatian dan tindakan mencegah kerusakan lingkungan yang lebih lanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun