Penemuan banyaknya batu bara di pantai, mengindikasi adanya keteledoran dalam aktifitas pemindahan batu bara. Sehingga batu bara yang terjatuh itu kemungkinan telah merusak ekosistem di sekitarnya.Sebagai fosil, batu bara mengandung berbagai zat beracun dan logam berat seperti merkuri, arsenik, dan sulfat. Â Ketika batu bara terjatuh ke laut, zat-zat dalam kandungannya menjadi larut dan mencemari ekosistem laut, mempengaruhi keseimbangan ekosistem, dan berdampak negatif pada biota laut yang tergantung pada perairan tersebut.
Organisme laut dapat menelan partikel-partikel batu bara, baik secara langsung atau dari rantai makanan yang bisa menimbulkan keracunan dan kematian.
Dasar laut juga terkena dampak kerusakan ketika partikel-partikel batu bara mengendap. Ini menjadi sebab kematian terumbu karang, padang lamun dan ekosistem bentik lainnya. Hingga pantai pun tak luput dari pencemaran yang serius, membahayakan kehidupan hewan dan manusia.
Tak hanya batu bara, di pantai itu terdapat endapan lumpur hitam dengan tekstur kenyal seperti jeli. Semakin dalam dikeruk, di atas genangan air akan muncul minyak.
Keberadaan endapan lumpur ini tidak jauh dari gorong-gorong pembuangan air limbah pabrik. Entah yang keluar berupa bahan kimia, bahan radio aktif, logam berat, gas atau bahan-bahan lainnya.
Menggali ke beberapa tempat, masih tetap menemukan lumpur hitam. Bau yang menyengat tidak seperti tanah lumpur pada umumnya. Tidak ada satu pun binatang yang hidup. Karena biasanya, lumpur secara alami menjadi tempat hidup cacing kecil.Kondisi pantai yang minim adanya keanekaragaman mahluk hidup menjadi gejala umum pencemaran lingkungan hidup.
Penemuan batu bara yang berserak dan lumpur hitam yang mengendap menjadi indikator adanya pencemaran. Organisme laut mungkin menghindari perairan yang tercemar atau mati akibat paparan zat beracun dalam limbah pabrik.
Kondisi pantai yang diduga mengalami pencemaran limbah pabrik memerlukan perhatian dan tindakan mencegah kerusakan lingkungan yang lebih lanjut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H