Cilegon, suasana terasa sejuk dan tenang.
Dahulu, halam rumah begitu hijau dengan berbagai tanaman yang tumbuh subur. Berbagai sayuran yang ditanam pun bisa menjadi asupan gizi kebutuhan sehari-hari. Meski ada di tengah KotaNamun itu semua hanyalah kenangan yang diceritakan Pak Umar. Kini kehidupan sudah berubah drastis. Lahan perkebunan sudah digusur dan berdiri sebuah hotel dengan megahnya.
Hotel Swiss -- Belexpress Cilegon berdiri tinggi menjulang persis di depan rumah Pak Umar. Hanya saja terdapat tembok tinggi yang memisahkan.
Keberadaan hotel dan rumah Pak Umar berada di link Jombang kali RT 02/RW 09, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon. Tampak jelas kini perbedaan hotel dan rumah Pak Umar terdapat jurang kesenjangan sosial yang memprihatinkan.
Disaat para tamu hotel nyaman beristirahat dengan fasilitas hotel mewah, keluarga Pak Umar justeru tidak bisa hidup tenang dan terganggu dengan aktifitas oprasional hotel tersebut.
Pembangunan gedung hotel yang tidak ramah dengan lingkungan sekitar menyebabkan gangguan kenyamanan. Seperti rumah Pak Umar, persis di muka rumahnya terdapat Blower Ruangan Penyedot Udara (Exhaust Fan) dari hotel.
Suara getaran blower besar itu membuat bising sepanjang waktu. Suara yang sangat keras membuat tidak nyaman di telinga. Sudah tiga tahun lebih, Pak Umar beserta warga yang berada di belakang hotel hidup tak lagi merasakan kenyamanan.
Corong blower besar itu persis menghadap di muka rumah Pak Umar. Jaraknya pun hanya 3 Meter saja. Sejak hotel beroperasi hilang sudah ketenangan di rumah Pak Umar akibat suara bising getaran dan bau yang ditimbulkan.
Pak Umar diusia tuanya hanya bisa menerima nasib sebagai wong cilik. Berkali-kali protes kepada manajemen hotel, namun hasilnya tetap saja nihil. Blower pembuangan gas hotel tetap menyembur persis di depan rumah Pak Umar.
Blower besar itu, berdasarkan informasi dari warga adalah pembuangan angin dan gas dari dapur hotel. Tak hanya bising yang disebabkan oleh blower besar itu, namun juga menimbulkan bau yang tidak enak.
Warga kerap mempertanyakan bukti hasil tes uji limba B3 dari apa yang dikeluarkan dari blower besar itu. Pihak hotel bungkam. Sementara warga panik dengan dampak yang dikeluarkan dari dalam blower pembuangan itu.
Blower pembuangan angin dari dapur hotel dikhawatirkan mengandung limba B3 yang berdampak bagi kesehatan warga di lingkungan sekitar hotel.Â
Pak Umar dengan penuh kesabaran, tetap menginginkan keadilan meski sudah banyak kerugian yang dirasakan. Kompensasi dari pihak hotel sudah tidak ada lagi, dahulu saat pembangunan sempat ada meski nilainya sangat kecil, Rp50.000 - Rp100.000 perbulan.
Tak hanya blower besar yang mengganggu keseharian Pak Umar, bertetangga dengan hotel pun beresiko tinggi. Salah satunya akibat keteledoran pekerja hotel menyebabkan Sling belt dari atas hotel terjatuh persis di atap rumah Pak Umar.
Pak Umar sudah tidak nyaman lagi tinggal di rumahnya. Tapi Pak Umar tidak ada pilihan selain bertahan. Rumah berusia puluhan tahun menyimpan banyak kenangan.Â
Pak Umar meski rumah tuanya tidak sebagus fasilitas hotel, namun ia juga menginginkan dapat istirahat dengan nyaman di dalam rumahnya, seperti para tamu hotel yang bisa tidur nyenyak dengan fasilitas mewah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H