Hanya ada satu syarat yang diajukan Masyarakat Kota Cilegon kepada pemerintah saat itu, yaitu ada kesepakatan bersama untuk tidak mendirikan tempat ibadah lain diluar agama Islam. Hal ini sebagai bentuk kompensasi Pondok Pesantren Al-Kahiriyah yang turut digusur dan taruma masa lalu dalam peristiwa Perjuangan Geger Cilegon 1888.
Keempat, Kota Industri
Ada alasan kenapa Kota Cilegon dikatakan sebagai daerah dengan level Internasional. Proses pembangunan pabrik-pabrik di kawasan industri telah mendatangkan Warga Negara Asing yang turut bekerja dan tinggal di Kota Cilegon. Teknologi industri pun sudah menggunakan mesin modern.
Sejak menjadi kota Industri, WNA dari Eropa sangat mendominasi. Mereka kebanyakan tinggal di Jalan Madani Perumahan Karyawan PT Krakatau Steel dan Perumahan Bukit Palm.
Hingga saat ini, Cilegon tumbuh menjadi kawasan industri. Ratusan industri besar bersekala International beroperasi di sini. Cilegon menjadi kota metropolitan dan memiliki jasa besar terhadap pendapatan keuangan negara Indonesian.
Ketika terdapat perusahan baja Korea Selatan yang beroperasi, Kota Cilegon pun kini diserbu oleh pekerja asal Korea Selatan. Jadi jangan heran jika banyak Oppa ganteng seperti di Drakor saat berjalan-jalan di ruang publik.
Kelima, Kota Paling Toleransi
Perkembangan industri yang sangat pesat juga secara otomatis menarik perhatian para pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sehingga masyarakat Kota Cilegon menjadi beragam dari berbagai suku dan budaya, serta keyakinan hingga saat ini.
Kota Cilegon dengan sejarah panjangnya, tentu sangat pantas jika disebut sebagai kota yang sangat toleransi dalam tatanan kehidupan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan Industri telah mengundang banyak orang untuk datang dan bekerja di Kota Cilegon.
Meski tak ada tempat Ibadah selain masjid, seperti gereja, pura, maupun Vihara. Penghormatan terhadap aturan masyarakat dengan kearifan lokal tetap kondusif, meskipun terdapat 6.740 warga Kristen, 1.743 warga Katolik, 215 warga Hindu, 215 warga Buddha, dan 7 warga Konghucu.