Pak Wakil Wali Kota Cilegon hatinya remuk dan kecewa berat dengan apa yang sudah dilakukan oleh pasangannya, Pak Wali Kota Cilegon.Â
Sebagai orang yang sama-sama berjuang selama 18 bulan menjadi Kepala Daerah di Kota Cilegon, baru kali ini meluapkan rasa kecewanya hingga ramai di media sosial.
Dulu saat kampanye setia mendampingi, tapi ketika sudah mendapatkan jabatan orang nomor satu di Cilegon, Pak Wakil pun merasa tak dianggap lagi keberadaannya.
Ah, lebih baik diam dan tak perlu ikut campur dengan keputusan Pak Wali yang tidak melibatkannya. Pelantikan 453 pejabat di lingkungan Pemkot Cilegon, 5 Agustus 2022 menjadi puncak kekecewaan Pak Wakil.
Pak Wakil tidak tampak mendampingi Pak Wali melantik anak buahnya. Padahal saat pelaksanaan pelantikan di halaman Kantor Pemkot Cilegon, Pak Wakil berada di ruang kerjanya.
Pak Wakil, usai salat Jumat kemudian curhat ke awak media, selama ini tidak dilibatkan, tidak diajak musyawarah, tidak ajak rapat-rapat juga tidak mendapat tembusan siapa saja pejabat yang akan dilantik.
Letupan emosi Pak Wakil terhadap rekannya itu, menunjukan bahwa benar, selama ini ada hubungan yang tidak harmonis. Isu yang tersebar di masyarakat, keduanya tidak lagi harmonis yang diduga ada kepentingan secara politik.
Konflik yang terjadi antara Pak Wali dan Pak Wakil, ada kemiripan dengan cerita dalam film atau web series "Layangan Putus." Alur cerita yang mengisahkan hancurnya hubungan suami istri karena ada pihak ketiga.
Pak Wali diumpamakan sebagai Mas Aris (Reza Rahardian), sosok family man yang membuat hati Kinan (Putri Marino) gusar.Â
Kinan sering ditinggal sendiri, sementara Mas Aris dengan dalih kesibukan bekerja ternyata menyembunyikan hubungan gelapnya. Kinan pun kerap melakukan investigasi hingga dapat membuktikan bahwa selama ini cinta Mas Aries terbagi dengan cewek lain, yaitu Lydia (Anya Geraldine).
Seperti itulah kisahnya, Pak Wakil selama ini merasa sendiri dan tidak terlibat dengan perencanaan program pemerintah bersama Pak Wali. Bahkan, perencanaan pelantikan ratusan pejabat itu pun diduga ada keterlibatan pihak-pihak lain.
Sementara itu, sosok Pak Wali memang ada kemiripan dengan Mas Aris, tampil percaya diri, pekerja keras dan berprestasi di bidang pekerjaannya.Â
Isu dua matahari kembar, antara adu kepentingan antara Pak Wali dan Pak Wakilnya. Persoalan rotasi, mutasi dan promosi diduga menjadi pemantik awal sebab perpecahan.
Dari kubuh Pak Wakil, sempat beredar kabar menguasai proses pemilihan para pejabat baru melalui keterlibatan partainya. Kader-kader PKS dilibatkan untuk menempati posisi strategis.Â
Ketika Pak Wali sadar dengan komposisi semacam itu, sepertinya Pak Wali merasa terancam secara politik, sehingga terjadilah manuver strategi dalam pemilihan para ASN yang siap bekerja untuk realisasi program pemerintah dan janji politik. Pak Wali tak mau salah pilih.
Dilema di setiap rencana pelantikan para pejabat, kerap diundur berlarut-larut dan terus terjadi. Sementara akibat sengketa ini banyak jabatan yang kosong dan program pemerintah pun tidak berjalan.
Dar! Saat pelantikan lurah dan camat beberapa bulan lalu, publik jadi bisa memecahkan ada dua kubuh yang terbentuk. Bahkan ada sebutan lurah dan camat kubuh Partai Politik milik Pak Wali dan Pak Wakil.
Kabarnya, isu perpecahan harmonisasi antara Pak Wali dan Pak Wakil tidak hanya soal rotasi dan mutasi jabatan, juga ditengarai oleh perebutan bagian paket-paket proyek pemerintah.Â
Lagi-lagi, selain Pak Wali dan Pak Wakil, para timses dan kader partai politik turut terlibat dalam perebutan paket-paket pekerjaan di lingkungan Pemkot Cilegon. Sehingga masalah semakin menjadi benang kusut.
Isu perpecahan diperkuat juga dengan kemunculan di publik, ketika Pak Wali dan Pak Wakil jarang berada dalam satu kegiatan. Keduanya memiliki kesibukan masing-masing.Â
Akibatnya, hampir dua tahun perjalanan memimpin Kota Cilegon seolah mandul atau tidak produktif dalam menjalankan program pembangunan, baik RPJMD maupun realisasi janji politik saat kampanye dulu.Â
Kegagalan pembangunan pun makin diperjelas dengan SILPA Rp469 miliar, menandakan minim penyerapan atau pembangunan yang dilakukan selama tahun 2021. Belum lagi realisasi janji kampanye yang seolah tertelan bumi.
Kini memasuki triwulan ketiga di tahun 2022, penyerapan APBD pun masih rendah dan belum terlihat pembangunan infrastruktur. Bahkan persoalan Jalan Ajur Mukmuk (rusak parah) tidak mampu diperbaiki sampai korban semakin banyak berjatuhan.
Ketika hubungan Pak Wali dan Pak Wakil tidak harmonis lagi, kepada siapa Pak Wali merasa nyaman?
Pak Wali sering mendapatkan sebutan One Man Show dalam bekerja. Tapi, Pak Wali pun dekat dengan sejumlah orang, salah satunya adalah politisi yang sempat menjadi lawannya di Pilkada Cilegon lalu, yaitu H. Ali Mujahidin.
Bisa jadi Pak Wali lebih nyaman merumuskan penempatan pejabat baru dengan Pak Sekda? Sebagai birokrat yang cukup lama, Pak Sekda cukup mumpuni sebagai tempat sharing tentang pembangunan.
Dugaan nyeleneh lainnya, seperti yang kerap dibicarakan di warung kopi, yaitu keberadaan Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) Swasta.
Artinya, ada pihak kepercayaan Pak Wali dari luar sistem pemerintahan atau ASN yang turut mengotak atik posisi jabatan itu. Mungkin karena sudah tidak nyaman berkomunikasi sama Pak Wakil, perlu ada tim lain yang bikin nyaman.
Ah, sudah bukan isu lagi jika ada dua matahari yang bersinar di Kota Cilegon. Jumat ini seperti menjadi sebuah titik terang masalah yang terungkap dengan sendirinya di media.
Pak Wakil kini harusnya tersenyum manis seperti Kinan di akhir episode series Layangan Putus.Â
Rasa sakit menerima kenyataan bahwa pahit dan kecewa dengan pasangan yang tak lagi menjadikannya ada. Namun tetap tegar memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik.
Semoga saja, hubungan Pak Wali dan Pak Wakil tidak menjadi "Layangan Putus" dan tetap bersama bekerja untuk Kota Cilegon sampai berakhir masa jabatannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H