Konten video gendongan sudah apik. Caption juga asik. Eh, tapi ada warga Cilegon komennya di luar konteks konten.
"Pak Jalan masih banyak yang rusak," kata pemilik akun @syiifasaputri.
Tim media Pak Wali sudah apik menyiapkan video dengan kreatifitasnya. Pak Wali Juga sudah tampil perkasa menggendong istrinya di atas jembatan danau. Apa tidak ngedrop dengan pertanyaan jalan rusak lagi, jalan ajur mukmuk maning.
Eh, netizen lainnya sepertinya bete juga dengan jawaban pak wali "iya tau." sampai kemudian dijawab@fidel_tabrani_ali dengan keras.
"Pak jalanan masih banyak yang rusak. pak @helldy.agsutian iya tau. Yaiyalah tau, secara 2 mata saya masih bisa melihat jalan muk remuk, pur-lumpur, cmiw. Semoga membahagiakan warga Cilegon juga menjadi tugas dan tanggungjawab wali kota , ya pak. Bener apa betul?"
Ketiga, komentar di akun sosial Pak Wali ternyata lebih efektif untuk menyuarakan pendapat hingga kritik.
Apapun yang diunggah oleh Pak Wali di medsosnya, ada saja warga Cilegon yang berkomentar mintak segera perbaikan jalan ajur mukmuk.
Jika sudah banyak suara yang minta perbaikan jalan ajur mukmuk hingga rana kolom komentar akun sosmed, artinya masyarakat Cilegon sudah jengah dengan lambatnya perbaikan.
Sehingga konten apa pun yang diunggah, di mata masyarakat tidaklah berarti. Kebutuhan masyarakat adalah mendapatkan akses jalan sebagai bentuk terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat atas pembangunan di Kota Cilegon.
Keempat, apakah ini kebuntuan Pak Wali? Sehingga ketika ada yang komentar tentang jalan ajur mukmuk cukup jawab, "Iya tau."
Jawaban simpel ketika belum bisa memperbaiki jalan ajur mukmuk dan memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat.Â