"Waria itu lebih cantik, bajunya saja bagus kaya artis. Mereka lebih laku dari kita," kata Sita.
Sita masih bertahan artinya masih ada saja orang yang menggunakan jasanya. Tidak besar memang yang dihasilkan. Bisa makan dan habis di hari itu saja sudah bersyukur.
"Dapat uang tiga puluh ribu saja sudah senang. Beli beras sekilo sama tempe," kata Sita.
Tubuh-tubuh yang tak lagi muda itu bertahan hidup dengan caranya sendiri. Keberadaanya ada di malam hari, namun banyak yang tak menganggap jika kehidupan mereka bertarung dengan kerasnya.
Sekelumit kisah kehidupan malam di pusat Kota Cilegon. Hidup adalah pilihan mau bagaimana menjalankannya. Namun kita tidak bisa menghakimi. Mereka bergelut dengan nasib yang membuatnya tetap hidup.
Sebelum obrolan berakhir, Sita mengejar lelaki paruh baya yang turun dari mobil angkot Merak. Sita menyapa dan ada obrolan.
Sampai kemudian saya tidak lagi melihat Sita bergendengan dengan lelaki paru baya itu menghilang di lorong jalan antara Kantor Kelurahan dan Masjid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H