KCS bak cerita dongeng yang menggambarkan sebuah kehidupan sejahtera.
Narasi proses realisasi KCS makin tenggelam dengan gaya kepemimpinan yang gila pujian dengan belasan penghargaannya itu.Â
Bangga pamer kertas-kertas penghargaan yang tidak memiliki substansi dengan program yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Tapi ketika ditanya KCS kapan cair? Narasi jawaban akan ditanggapi negatif dan dianggap sebagai sebuah nyinyiran.
Ya, sudah. Memang begitulah cerita dongeng berjudul KCS. Kebutuhan dasar akan pentingnya kesejahteraan masyarakat yang mestinya berdampak manfaat.
Pemimpin di kota ini memiliki hak dalam mengatur dan menjalankan organisasi pemerintahannya. Pemerintah Kota Cilegon seperti kehilangan arah. Banyak program yang tak berjalan hingga terhenti di akhir 2021.
Dampaknya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) membeludak menjadi Rp 457,79 miliar. Tak mampu menyerap APBD sama saja merugikan masyarakat.
Anggaran yang tersedia begitu besar. Tapi tidak mampu memberikan program yang bermanfaat terhadap kebutuhan dasar masyarakat.
Lihat saja Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon menyumbang Silpa terbesar. Padahal kondisi jalan di Kota Cilegon dikepung jalan rusak parah atau ajur mukmuk.
Gagal lelang lagi, gagal lelang lagi. Alasan yang menunjukan betapa ada kepentingan lain. Anggaran dana perbaikan sudah ada, tapi selalu gagal dalam pelaksanaan lelang.
Akibatnya, jalan ajur mukmuk makin tidak terurus. Kinerja Wali Kota Cilegon dalam memimpin pun dapat diragukan dalam menyelesaikan 10 janji kampanye lainnya.