Banjir bandang itu kemudian mengalir ke hilir, maka wilayah Kecamatan Serdang pun terdampak banjir yang luar biasa. Ditambah lagi, kerusakan pada Gunung Pinang juga sudah menunjukan kondisi rusak parah.
Wilayah banjir jauh dari aliran sungai Cibanten. Artinya banjir yang terjadi tidak semua disebabkan oleh luapan sungai Cibanten.
Lalu melihat kembali pada Bendungan Sindangheula yang meluap tidak mampu menampung debit air sesuai kapasitas.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau, Ciujung, Cidurian (BBWSC3), I Ketut Jayadi memberi keterangan bahwa Bendungan Sindangheula memiliki kapasitas menampung 9 juta kubik air.
Sementara akibat intensitas hujan yang sangat tinggi, diperkirakan kedatangan 11 juta kubik air. Sehingga ada kelebihan kapasitas sedikitnya 2 juta kubik air mengalir ke Sungai Cibanten dan meluap ke pemukiman warga.
Luapan air dari hulu tidak disambut dengan tata ruang hijau yang mencukupi dan drainase yang buruk di hilir.Â
Kota Serang minim ruang terbuka hijau dan sudah banyak sawah yang beralih fungsi jadi perumahan warga. Ketika air mengalir ke hilir, otomatis mampir ke pemukiman warga.
Kondisi Kelebihan air di Bendungan Sindangheula menjadi tolok ukur kerusakan di hulu. Banyaknya debit air yang turun pada saat itu saja menunjukan ada ketidak beresan pada kondisi lingkungan gunung dan hutan. Â
Lagi-lagi penebangan pohon dan alih fungsi hutan sudah bukan jadi rahasia umum selama ini. Bukan tidak tahu, tapi tutup mata. Ada apa dibalik ini semua?
Inilah kemudian menjadi alasan bahwa prediksi Banten akan mengalami bencana banjir secara nasional sekitar 10 tahun mendatang.Â