Namun ini persoalannya adalah kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Susah payah mengumpulkan suara pada Pilkada untuk perubahan dan bebas dari dinasti korup, kabar adanya suap Rp20 juta sangatlah memalukan bagi pejabat nomor satu di Kota Baja.
Lalu, penting adanya klarifikasi dari pihak Pak Walikota atas kabar yang sudah beredar dan menjadi perbincangan publik. Perlu dikonfirmasi kesaksian Uteng terhadap kebenaran Pak Wali menerima suap Rp20 juta.
Dirasa penting, 9 Desember dilakukan pakta integritas anti korupsi yang dilakukan di Masjid Sumpah. Tidak ada salahnya Pak Wali mengikuti kearifan lokal yang sudah menjadi ritual sumpah dari ratusan tahun lalu.
Berdasarkan cerita orang tua yang sudah turun temurun, berbagai persoalan bisa diselesaikan dengan sumpah. Benar dan salah akan diperlihatkan setelah bersumpah. Selanjutnya biarkan takdir yang menjawab dan masyarakat menjadi saksinya.
Persidangan adalah urusan hukum negara yang tetap berjalan. Tidak ada salahnya juga menempuh jalan keyakinan Masjid Sumpah sebagai bentuk keberanian pemimpin Kota Cilegon untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa bebas dari tindakan suap.
Jika Pak Wali mau bersumpah atas suap Rp20 juta, ini juga bagian dari bentuk dukungan Pak Wali terhadap pelestarian kebudayaan masyarakat Kota Cilegon.
Ayolah, biar ada suasana yang berbeda di Hari Anti Korupsi, Pak Wali melakukan sumpah di Masjid Sumpah bisa dijadikan konten viral di media.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H