Borobudur menjadi tempat suci bagi penganut Buddha. Kini keberadaannya lebih difungsikan sebagai tempat wisata populer dan menjadi bagian promosi wisata Wonderful Indonesia.
Borobudur menjadi Monumen model alam dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha. Pembangunan dimulai sekitar tahun 770 Masehi dan konstruksi selesai sekitar 852 Masehi. Sayangnya Borobudur kemudian ditinggalkan seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa pada abad ke-14.
Kebesaran Borobudur kembali dilihat dunia ketika Sir Thomas Stamford Raffles menemukannya pada tahun 1814. Pemugaran kemudian dilakukan secara besar-besaran pada kurun waktu 1975 hingga 1982.
Proses panjang pembangunan Borobudur menjadi lebih mega. Hingga kini menjadi tempat wisata dan masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan, terutama dalam memperingati Trisuci Waisak.
Borobudur tidak hanya konstruksi bangunan dari batu alam yang dipahat sedemikian rupa, lebih dari itu, Borobudur menjadi simbol kehidupan antara ritual keagamaan, estetik, dan media ekspresi.
Hal ini bisa dilihat dari keunikan dalam Borobudur yang menjadi monumen Buddha terbesar di dunia. Terdiri dari enam teras dan di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar. Uniknya, terdapat hiasan dinding berupa 2.672 panel relief dan 504 arca. Bangunan ini diperindah dengan sebuah stupa utama dan dikelilingi tiga barisan melingkar tujuh puluh dua stupa berlubang dengan arca Buddha di dalamnya.
Pada relief panel itu kita bisa melihat kehidupan masa lalu Jawa kuno. Relief Karmawibhangga tingkatan candi paling bawah, yaitu tingkatan Kamadhatu.Â
Terciptanya Kidung Karmawibhangga yang terinspirasi dari deretan relief bercerita tentang keseimbangan kehidupan manusia, alam dan Tuhan.
Gambaran tentang alat musik menjadi bukti bahwa Jawa kuno merupakan pusat peradaban musik dunia atau Sound of Borobudur. Hal ini bisa dilihat dari jajaran Relief Karmawibhangga, Lalitavisitara, Wadariajtaka, dan Gandawhyu, terlihat pahatan gambar alat-alat musik.
Berdasarkan deretan relief terdapat berbagai jenis alat musik yang terdiri atas 4 jenis, di antaranya Idiophone (kentongan dan kerincingan), Membraphone (gendang, kentingan), Chardophone (gambus, rebab) dan Aerophone (seruling, trompet). Keberadaan alat musik ini pun tersebar di seluruh daerah di Indonesia, hingga negara-negara lintas benua. Sebuah keajaiban alat musik yang tergambar dalam dinding Borobudur tersebar hingga penjuru dunia.
Seni musik menjadi bagian terpenting dalam kehidupan orang Jawa terdahulu yang berhubungan dengan magis, pengiring upacara keagamaan, upacara-upacara mistik, pengobatan orang sakit, serta persembahan sesajen di tempat-tempat yang dianggap keramat untuk tujuan tertentu.
Seni tradisi yang masih terjaga saat ini adalah Kidung Karawibhangga. Musik yang mengiringi di setiap upacara suci Buddha terinspirasi dari relief panel 26,32, dan 33 yang menggambarkan proses kelahiran kembali seorang yang baik dan menyenangkan akibat dari perbuatan yang baik, di antara tidak boleh berbuat jahat kepada orang lain, hidup rukun dengan perbuatan baik, serta membersihkan kuil atau rumah pendeta.
Sementara itu pada Relief Panil 13 menggambarkan keburukan orang yang tidak mau bekerja dan melakukan perbuatan jahat, sehingga mendapatkan ganjaran atas perbuatan buruknya. Relief Panil 90 diperjelas dengan gambaran akibat yang diterima oleh manusia yang berbuat keburukan seperti (sebab) berbuat mesum dan menghisap mahdat (akibat) disiksa di neraka.
Kidung Karmawibhangga menjadi kesenian yang menjadi perantara tujuan ritual melalui seni musik dan tarian. Setiap Relief menggambarkan pesan berupa nasehat kepada masyarakat, musik memberikan latar belakang cerita yang lebih menarik dan menghibur.
Tak hanya meninggalkan misteri pembangunan struktur Borobudur yang masih jadi misteri, setiap relief dan bagian-bagian penting di dalamnya menyimpan misteri kehidupan yang penuh makna dan pelajaran.
Borobudur menjadi monumen peradaban manusia yang berisikan tentang kehidupan, alam, dan ajaran budi pekerti yang masih tetap relevan hingga saat ini.
Wajar jika kemudian Borobudur pusat musik dunia karena keberadaannya. Tak hanya ajaran Buddha yang mendunia, sejak dahulu, musik sudah menjadi jiwa kehidupan masyarakat yang membudaya dalam kehidupan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H