Seni musik menjadi bagian terpenting dalam kehidupan orang Jawa terdahulu yang berhubungan dengan magis, pengiring upacara keagamaan, upacara-upacara mistik, pengobatan orang sakit, serta persembahan sesajen di tempat-tempat yang dianggap keramat untuk tujuan tertentu.
Seni tradisi yang masih terjaga saat ini adalah Kidung Karawibhangga. Musik yang mengiringi di setiap upacara suci Buddha terinspirasi dari relief panel 26,32, dan 33 yang menggambarkan proses kelahiran kembali seorang yang baik dan menyenangkan akibat dari perbuatan yang baik, di antara tidak boleh berbuat jahat kepada orang lain, hidup rukun dengan perbuatan baik, serta membersihkan kuil atau rumah pendeta.
Sementara itu pada Relief Panil 13 menggambarkan keburukan orang yang tidak mau bekerja dan melakukan perbuatan jahat, sehingga mendapatkan ganjaran atas perbuatan buruknya. Relief Panil 90 diperjelas dengan gambaran akibat yang diterima oleh manusia yang berbuat keburukan seperti (sebab) berbuat mesum dan menghisap mahdat (akibat) disiksa di neraka.
Kidung Karmawibhangga menjadi kesenian yang menjadi perantara tujuan ritual melalui seni musik dan tarian. Setiap Relief menggambarkan pesan berupa nasehat kepada masyarakat, musik memberikan latar belakang cerita yang lebih menarik dan menghibur.
Tak hanya meninggalkan misteri pembangunan struktur Borobudur yang masih jadi misteri, setiap relief dan bagian-bagian penting di dalamnya menyimpan misteri kehidupan yang penuh makna dan pelajaran.
Borobudur menjadi monumen peradaban manusia yang berisikan tentang kehidupan, alam, dan ajaran budi pekerti yang masih tetap relevan hingga saat ini.
Wajar jika kemudian Borobudur pusat musik dunia karena keberadaannya. Tak hanya ajaran Buddha yang mendunia, sejak dahulu, musik sudah menjadi jiwa kehidupan masyarakat yang membudaya dalam kehidupan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H