PJKA waktu itu baru memiliki tiga kapal penyebrangan yang berasal dari peninggalan Belanda, kemudian diberi nama Karimun, Krakatau, dan Bukit Barisan.
Uniknya Pelabuhan Merak saat itu masih menggunakan batang-batang pohon kelapa sebagai dermaga atau kade. Pantai Merak yang dangkal menyebabkan kapal penyeberangan tidak dapat merapat. Penggunaan batang kelapa dipilih karena kemampuannya terapung dan tahan terhadap kandungan garam air laut.
6. ASDP sebagai Pengelola
Pengelolaan Pelabuhan Merak kemudian ditangani oleh perusahaan BUMN pada tahun 1977, yaitu PT ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan). Di bawah perusahaan ini kemudian berhasil dibangun dermaga untuk kapal jenis Roro dan Kapal Cepat.
Pembangunan dermaga di Pelabuhan Merak sudah dimulai sejak tahun 1970, yaitu membangun dermaga tempat parkir kapal feri dan naik-turun penumpang. Pelaksanaan pembangunan ini mencapai sepuluh tahun. Hingga tahun 1980 resmilah beroperasi dermaga baru Pelabuhan Merak serta Pelabuhan Bakauheni.
Tahun 1980 Dermaga I resmi digunakan, selanjutnya Dermaga II pada tahun 1984 dan Dermaga III pada tahun 2001.
7. Terminal Eksekutif Merak
Pelabuhan Merak kemudian menjadi pelabuhan modern dengan keberadaan Terminal Eksekutif Merak. Presiden Joko Widodo meresmikan pelabuhan baru ini pada Maret 2019 lalu.
Layanan kapal eksekutif beroperasi sama seperti layanan reguler, yaitu Merak-Bakauheni. Terdapat empat armada kapal yakni KMP Sebuku, KMP Batumandi, KMP Portlink, dan KMP Portlink III. Pelayaran yang didapatkan lebih cepat berkisar satu jam dibandingkan dengan menggunakan kapal reguler.
Pemesanan tiket kini sudah menggunakan sistem online, yaitu melalui aplikasi ferizy. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembelian tiket dan mengantisipasi penumpukan penumpang di area parkir. Pembelian tiket online juga berlaku untuk penyebrangan di terminal reguler.