Dalam laporan residen Banten tahun 1913, C.W.A van Rinsum menyebutkan, hampir semua kapal uap menuju pulau Jawa berhenti di Pelabuhan Merak. Selain melayani penyebrangan menuju Lampung, pelabuhan ini juga dibangun seiger untuk kapal-kapal pengangkut pos bersandar.
3. Pelabuhan Paling Aman
Dipilihnya Merak sebagai lokasi pelabuhan merupakan tempat yang paling strategis dan aman. Posisi Merak sangat berdekatan dengan Pulau Sumatera (Andalas) dibandingkan dengan daerah lainnya di pantai Utara di Pulau Jawa. Jarak tempuh menjadi semakin pendek yang jika ditinjau dari segi politik sangat menguntungkan.
Kondisi geografis di Merak juga sangat memungkinkan untuk menjadi sebuah pelabuhan penyeberangan, sebab secara alami didukung oleh palung laut serta adanya pulau-pulau kecil yang dapat menahan hempasan ombak dari Samudera Hindia yang masuk ke Selat Sunda.
Karena posisinya yang strategis ini juga, Pelabuhan Merak menjadi tempat untuk memantau dan mengawasi aktivitas pelayaran yang melintas di Selat Sunda, terutama kapal-kapal dagang yang merupakan saingan pemerintah kolonial Belanda saat itu.
4. Sint-Nicolaas Punt
Sebagai warga Cilegon pasti akan kesulitan menyebut nama Sint-Nicolaas Punt. Padahal pada jaman kolonial Belanda berkuasa, Merak bernama Sint-Nicolaas Punt.
Hal ini karena Pelabuhan Merak menjadi sangat penting ketika Belanda berhasil membangun jalur kereta api Merak pada tahun 1912. Jalur kereta api Merak ini terhubung dengan kota-kota lain di pulau Jawa. Merak kemudian menjadi kawasan yang sangat populer dalam dunia transportasi kereta api dan kapal laut.
5. Batang Kelapa sebagai Dermaga
Pasca kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mulai serius menangani Pelabuhan Merak pada tahun 1957. Awal pengelolaan Pelabuhan Merak diserahkan kepada PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api). PJKA masih melanjutkan pengoperasian kapal penyeberangan yang telah ditinggalkan oleh Belanda sebagai akibat rasionalisasi.