Kenangan itu, keindahan Gunung Anak Krakatau yang berpasir dan memiliki tanaman cemara yang khas, tidak disangka runtuhnya menjadi penyebab tsunami yang menghantam pantai di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lampung Selatan.
Pantai Carita yang menjadi pilihat tempat berlibur menjadi luluh lantah. Anehnya, tsunami tidak menghempas semua garis Pantai Carita, hanya ada beberapa tempat saja yang berdampak. Bahkan ada sederet villa di tepi pantai yang tidak tersentuh tsunami, tapi di bagian pantai lainnya sudah hancur.
Kini, setelah dua tahun terjadinya tsunami, kondisi Pantai Carita sudah kembali normal. Bahkan wisata (meski pandemi) masih tetap jadi pilihan untuk berlibur. Hotel-hotel mencoba bangkit, tapi ada juga hotel dan villa yang masih terbengkalai.
Mengingat senja di akhir 2018 dengan ditemani puing-puing sampah. Melepas lelah di batu karang sambil menikmati sisa kopi di termos. Kini bisa bisa kembali di tempat yang sama, melihat senja dengan segelas kopi. Deburan ombak menghantam karang. Sejuk angin sore berhembus.
Pantai Cidatu kini menjadi icon wisata baru di Carita. Menjadi taman bermain yang menghadap langsung ke Sulat Sunda. Pembangunan Pantai Cidatu Carita belum rampung. Area parkir masih dalam pembangunan.
Meski belum selesai di bangun, sudah banyak warga sekitar yang datang hanya sekedar untuk jalan-jalan sore. Sejumlah wisatawan pun ada yang datang hanya sekedar untuk melihat indahnya matahari tenggelam.
Pantai ini bebas dikunjungi siapa saja. Kita hanya cukup membayar parkir Rp2.000 saja. Sayangnya pantai berkarang ini tidak bisa untuk berenang dan bermain pasir. Tapi tidak apa, tempatnya cukup bagus untuk spot foto. Saat cuaca cerah akan lebih indah melihat matahari senja yang bulat kemerahan.
Geliat wisata sepanjang Pantai Anyer, Carita, hingga Ujung Kulon masih terasa sulit. Sejak kejadian tsunami, kemudian mencoba bangkit, tidak lama pandemi Covid-19 menghantam. Pelaku wisata tetap berusaha bangkit. Berharap dengan tempat wisata baru yang dibangun akan menarik wisatawan lebih banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H