Saya mencoba untuk tidak melakukan body shaming, tapi melihat pemenang Indonesia Idol 2020 yang menempatkan Tiara dan Lyodra menjadi finalis, penonton sepertinya lebih menyukai kontestan secara penampilan fisik.
Cantik dan ganteng menjadi nilai plus untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya vote. Padahal di musim itu, kontestan dengan teknik vocal dan suara yang bagus pun harus berguguran lebih dulu.
Soal teknik menyanyi Kezia dan Joy memang memiliki kualitas yang baik. Namun teknik dan kemerduan suara tidak bisa dijadi tolok ukur dalam kompetisi ini rupanya.
Entah itu karena pendukung yang banyak atau ada faktor keberuntungan. Kontestan dengan pendukung yang besar tentu akan mempengaruhi juga terhadap hasil voting.
Mencoba Keberuntungan dari Lagu Band Indie
Membawakan lagu-lagu berbahasa asing dari penyanyi kenamaan itu memang kesannya keren. Tapi melihat judul kompetisi rasanya tidak pas.
Kontestan lebih banyak memilih lagu-lagu luar negeri dalam kompetisi Indonesian Idol. Kesannya menyampingkan kualitas karya musisi Indonesia.
Padahal ya, tidak semua penonton memahami bahasa asing yang dibawakan. Soal pesan dalam lagu, sebagus apa pun teknik menyanyi, jika tidak bisa menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, penonton tidak akan mendapatkan kesan.
Mungkin ini bisa dijadikan alasan penonton tidak memberikan vote kepada Kezia dan Joy yang lebih dominan membawakan lagu-lagu asing.
Padahal kontestan yang membawakan lagu-lagu indie karya musisi lokal justru mendapatkan tempat di hati penonton.
Sebut saja Mark, sukses menyampaikan pesan dalam lagu “Perempuan yang sedang dalam pelukan.” Romantika lagu karya Payung Teduh itu menjadi musik favorit anak muda kekinian.