Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jangan Mudik Dulu Sebelum Nonton Film "Rumah"

21 Mei 2020   22:16 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:14 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tangkap Layar Film Rumah karya Mation Capture Indonesia (Dokpri)

Momen yang tepat bagi siapa saja yang sedang kangen dan ingin pulang ke rumah untuk menemui orang terkasih. Film Rumah membawa kita untuk berfikir, masihkah rumah sekedar untuk kita pulang?

Sutradara Arie Oramahi menjadikan Rumah sebagai ruang untuk berkaca. Mengingatkan kita dengan kisah sebuah keluarga kecil yang terpisah jarak karena bertugas sebagai perawat pasien covid-19.

Di bawah bendera Motion Capture Indonesia, rumah menjadi simbol-simbul penuh kekesalan, kemarahan, kebingungan serta kebosanan yang karena harus di rumah saja.
 
Bercerita dari sudut pandang seorang anak bernama Hugo yang sedang mengenang kebahagiaan bersama ayahnya di rumah. Sementara ibunya yang bekerja sebagai perawat pasien covid-19 tidak bisa pulang ke rumah.

Film ini menjadi menarik meski pun proses shooting mengalamai keterbatasan di rumah aja. Kecerian Hugo yang bermain di sebuah tenda mengambarkan bahwa kehidupannya penuh kebahagian.

Dialog ringan antara Ayah dan Ibu Hugo membuat hati kita merasakan perihnya rindu. Sebagai seorang perawat, Bunda Hugo sudah berhari-hari tidak bisa pulang. Sementara Ayah Hugo yang bekerja di rumah mengalami masalah ekonomi. Listrik rumah padam hanya karena tidak bisa bayar listrik menjadi pilu ditengah kesulitan.

"Pasiennya makin banyak, bener-bener ini virus. Orang juga pada cuek lagi. Masih pada keliaran, kumpul-kumpul, hepi-hepi sana sini. Heran aku..." kata Bunda menyampaikan kekesalan melalui hubungan telepon.

Terasa berat rasa rindu yang mendalam dan tidak bisa pulang. Beruntung Ayah Hugo sangat memahami profesinya.

Virus yang menggila membuat ribuan orang maninggal. Hingga seminggu setelah percakapan itu, Bunda Hugo turut menjadi korban keganasan Virus Corona. Lalu, Ayah Hugo pun menghilang.

Film durasi 6:13 itu cukup menggambarkan sebuah perasaan kangen pada rumah dan keluarga. Ada yang berkorban menahan diri untuk tidak pulang. Berat rasanya seorang Ibu yang tidak bisa menjumpai anaknya yang masih kecil.

Ada pesan yang menarik dari Hugo, hanya kenangan penuh kebahagiaan dan keceriaan dari orang tua yang selalu dikenang hingga ia terus tumbuh dewasa. 

Film Rumah kembali mengetuk hati nurani kita untuk menghargai para pejuang yang menjadi tim medis dalam penanganan pasien covid-19. Berbulan-bulan berjibaku dengan virus yang belum ada obatnya. Bertaruh nyawa demi menyelamatkan umat manusia. Rela tidak pulang demi keselamatan keluarga di rumaj.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun