Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Generasi Gagal Move On, Apa Bisa Bangkit?

20 Mei 2020   20:12 Diperbarui: 20 Mei 2020   20:11 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Pexels.com/Buenosia Coral

Namun sayangnya, waktu yang terus berlalu tanpa ada kabar kurva pandemi covid-19 segera berakhir. Kemudian muncul banyak sosok yang senang menjunjung sifat egois dan merasa hebat dengan berkeliaran di luar rumah. Menantang maut di tengah pandemi.

Jalan-jalan kembali penuh oleh orang mudik menuju kampung halaman. Pusat perbelanjaan kembali ramai dengan orang-orang berburu baju baru untuk lebaran. PSBB tidak ada artinya lagi.

Tingkah konyol pun merasupi dunia maya. Generasi muda lebih suka ngeprank ditengah bencana kemanusiaan yang membuat kita sebal. Belum lagi influenser yang bebas berbicara tanpa disaring di media sosial yang kemudian membuat gaduh.

Dua bulan bertahan di rumah aja bisa menjadi bosan. Kangen mall, bioskop, sekolah, kampus, jalan-jalan, dan aktifitas lainnya. Ini wajar! Cukup dengan akal yang sehat kita bisa menjadikan ini semua sebagai pelajaran bertahan hidup.

Sayangnya, di rumah aja tidak membuat generasi susah move on itu mampu menyadari arti penting kehidupan dan masa depan. Momen puasa tidak dimanfaatkan untuk bermuhasabah diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Padahal di rumah aja juga bisa membangun diri menjadi produktif dan berkualitas dengan kreatifitas yang diciptkan.

Di Hari Kebangkitan Nasional ini seharunya menyadarkan kita akan pentingnya bersama-sama bangkit memutus mata rantai penyebaran virus corona. Hanya butuh beberapa minggu bertahan di rumah, tanpa perang grilia bertahun-tahun seperti para pejuang kemerdekaan bangsa ini.

Kita memang tidak bisa move on dari kerinduan akrifitas seperti biasanya. Kita hanya butuh waktu sebentar untuk menahan rindu agar bisa kembali menjelajah ke mana saja.

Tahan dulu jangan keluar rumah. Kita tidak merasa sendiri jika sama-sama melalukan hal yang sama. Ini bisa kita lakukan sebagai penghargaan kepada para pejuang kesehatan, yaitu tenaga medis yang sudah mengabdi dalam merawat para pasien.

Para tenaga medis ikut terkurung di rumah sakit dengan alat pelindung diri seperti astronot. Mereka juga capek dan panas. Nyawa jadi taruhannya. Kita hanya cukup di rumah aja bisa bebas bersantai dan bisa menyelamatkan diri dari serangan virus.

Ayolah, Indonesia akan bangkit melawan virus corona dengan peran kita yang patuh akan aturan. Di rumah aja adalah sebuah perjuangan dan bernilai kemanusian dengan harkat tertinggi.

Berharap esok kita terbangun dari kesadaran untuk menata hidup lebih baik. Saat ini cukup di rumah saja, meskipun lebaran sebentar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun