Intensitas hujan deras yang mengguyur Kota Cilegon, Banten telah menyebabkan banjir yang merata. Hujan deras kali ini menyebabkan banjir bandang di sejumlah daerah dan menenggelamkan akses gerbang tol.
"Itu air banyak banget," terdengar suara ocehan anak yang sedang bermain di ruang tamu.
"Warnanya coklat kaya ada di sungai," kata anak kecil lainnya.
Tidak tahan dengan ocehan anak-anak, saya pun keluar dari ruang kerja. Betapa kagetnya, dari jendela bisa melihat jalan perumahan sudah berubah seperti sungai dengan air yang sangat deras turun dari daratan yang lebih tinggi.
Rumah kami berada di perumahan Bukit Palm, lokasi berada di perbukitan sebelah barat Kota Cilegon. Sejak orang tua yang lebih dahulu menempati perumahan ini, baru kali ini melihat banjir bandang lewati depan rumah.
Saya berada di cluster paling bawah dari perumahan ini. Sementara rumah-rumah mewah berada di dataran paling tinggi pun mengalami hal serupa, air mengalir deras di jalanan dan menghanyutkan apa saja. Kondisi lingkungan sekitar perumahan sebenarnya tidak ada perubahan. Musim penghujan yang sudah lama membuat bukit terlihat lebih hijau dengan berbagai tumbuhan.
Lama-lama air mulai masuk ke halaman rumah dari pintu pagar yang jebol. Seketika saja arus air menembus pintu rumah. Anak-anak langsung diminta untuk berlindung di lantai dua. Sementara itu air perlahan masuk dari cela-cela pintu. Saya langsung mengunci pintu, kemudian diganjal dengan sofa kecil.
Tidak ada yang bisa saya lakukan lagi ketika cairan berwarna coklat itu sudah mengenang di lantai. Kami sekeluarga hanya bisa bertahan di rumah. Tidak ada akses keluar, karena posisi jalan yang menurun sudah seperti aliran sungai yang sangat deras.
Hampir tiga jam lamanya intensitas hujan deras berlangsung. Langit sangat gelap. Melihat dari jendela, hujan yang berjatuhan dari langit seperti tumpahan air terjun. Aliran listrik kemudian padam disebabkan robohnya tiang listrik di dekat rumah.
Hingga pukul 14.00 WIB, saya baru mengetahui informasi dari sejumlah grup Whatsaaps jika banjir yang terjadi cukup parah. Bahkan terjadi banjir bandang di sejumlah tempat. Salah satu yang terdampak paling parah adalah di Kampung Gerem, Kecamatan Grogol. Aliran air dari atas gunung telah menyapu benda-benda yang dilewati. Rumah-rumah yang berada di lereng gunung itu pun merasakan banjir. Hingga mobil-mobil terseret ke jurang.
Daerah yang cendrung datar harus siap menerima kiriman air dengan kapasitas yang sangat besar. Banjir meluas. Banjir merendam ribuan rumah warga. Tidak hanya di perkampungan saja, sejumlah perumahan pun tidak luput dari serangan banjir.
Pintu Gerbang Tol Cilegon Barat salah satu yang terdampak paling parah. Air bandang melibas badan jalan tol dengan arus yang sangat deras. Akases tol pun menjadi lumpuh oleh aliran air yang membawa lumpur dan sampah-sampah.
Terjadinya banjir tentu saja karena ada sebab. Kondisi lingkungan di Cilegon sudah rusak. Gunung-gunung dikeruk untuk diambil tanah dan batunya. Galian pasir ada dimana-mana. Eksploitasi alam nyaris terkesan dibiarkan oleh Pemkot Cilegon.
Perkembangan kota yang dijuluki sebagai kawasan industri ini juga sudah menggusur kawasan pantai dan serapan air. Belum lagi pembangunan perumahan yang tumbuh pesat menggusur persawahan. Tata ruang kota yang acak adut. Inilah gambaran kota madya yang barus saja merayakan hari jadinya yang ke-21 tahun pada 27 April lalu.
Ketika hujan turun dengan derasnya, air tidak bisa diserap oleh tanah dan menyebar ke dataran yang lebih rendah. Bencana bukan karena takdir Maha Pencipta, tapi karena tangan-tangan tidak bertanggungjawab yang melakukan perusakan demi keuntungan pribadi.
Hingga sore ini, langit kota Cilegon masih digelayuti oleh mendung. Tanda-tanda hujan akan kembali turun. Menjelang berbuka puasa, belum ada petugas PLN yang menangani tiang listrik yang roboh. Belum ada kepastian sampai kapan listrik padam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H