Daerah yang cendrung datar harus siap menerima kiriman air dengan kapasitas yang sangat besar. Banjir meluas. Banjir merendam ribuan rumah warga. Tidak hanya di perkampungan saja, sejumlah perumahan pun tidak luput dari serangan banjir.
Pintu Gerbang Tol Cilegon Barat salah satu yang terdampak paling parah. Air bandang melibas badan jalan tol dengan arus yang sangat deras. Akases tol pun menjadi lumpuh oleh aliran air yang membawa lumpur dan sampah-sampah.
Terjadinya banjir tentu saja karena ada sebab. Kondisi lingkungan di Cilegon sudah rusak. Gunung-gunung dikeruk untuk diambil tanah dan batunya. Galian pasir ada dimana-mana. Eksploitasi alam nyaris terkesan dibiarkan oleh Pemkot Cilegon.
Perkembangan kota yang dijuluki sebagai kawasan industri ini juga sudah menggusur kawasan pantai dan serapan air. Belum lagi pembangunan perumahan yang tumbuh pesat menggusur persawahan. Tata ruang kota yang acak adut. Inilah gambaran kota madya yang barus saja merayakan hari jadinya yang ke-21 tahun pada 27 April lalu.
Ketika hujan turun dengan derasnya, air tidak bisa diserap oleh tanah dan menyebar ke dataran yang lebih rendah. Bencana bukan karena takdir Maha Pencipta, tapi karena tangan-tangan tidak bertanggungjawab yang melakukan perusakan demi keuntungan pribadi.
Hingga sore ini, langit kota Cilegon masih digelayuti oleh mendung. Tanda-tanda hujan akan kembali turun. Menjelang berbuka puasa, belum ada petugas PLN yang menangani tiang listrik yang roboh. Belum ada kepastian sampai kapan listrik padam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H