Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Segar

Puasa Bukan Sedang Menahan Lapar, Setop Belanja Makanan Berlebihan!

2 Mei 2020   21:51 Diperbarui: 2 Mei 2020   22:14 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Benhil (Foto TOTOK WIJAYANTO/Kompas)

Kegiatan ngabuburit sambil berburu makanan menjadi aktifitas yang menyenangkan. Setelah seharian menahan lapar dan haus, melihat jajanan sungguhlah sangat menggoda selera.

Aksi borong makanan pun tidak terelakan. Es campur, gorengan, asinan, buras, pastel, dan banyak lainnya sunggung sangat menggoda. Seolah makanan yang tersaji di meja-meja pedagang itu melambai-lambai ingin semua dibawa pulang.

Asalkan suka, harga cocok, beli. Tidak peduli sudah berapa kantong makanan yang ada di tangan.

Pengalaman kalap membeli tajil ini pernah saya alami di pasar Benhil (Bendungan Hilir) saat masih bekerja di sebuah rumah produksi film. Warga Jakarta pasti tahu, jika pasar ini adalah surga makanan di saat bulan ramadan.

Sesampainya di kostan, bungkusan makanan yang dibeli begitu banyak. Ketika suara adzan magrib terdengar dari masjid, aksi melahap makanan seolah sedang balas denda dari kelaparan.

Hanya hitungan menit, es campur, gorengan, pempek, sate padang sudah dilibas habis. Perut terasa kenyang. Tubuh berkeringat. Jadi malas bergerak untuk solat magrib.

Apa yang terjadi setelah itu? Perut saya mengalami keram yang luar biasa. Teman-teman kost kemudian membawa saya ke klinik.

"Perut kamu cuma kaget, dari laper, tiba-tiba penuh sama makanan," kata Dokter yang menangani saya saat itu.

Ketika lambung mendadak diisi terlalu banyak makanan, tidak mustahil bila makanan tersebut bisa menekan diafragma. Rasa nyeri diperut terasa sangat menyakitkan.

Makan berlebih rupanya efek dari tidak bisa menahan hawa nafsu. Puasa menjadi pengingat bahwa proses menahan lapar dan haus adalah pembelajaran yang harusnya bisa menekan hawa nafsu.

Puasa yang seharusnya berdampak baik pada kesehatan dan mendetox semua racun dari dalam tubuh, akan terbalik kondisinya jika berlebihan makan dan minum.

Buka puasa, sesuai anjuran Rasulullah cukup dengan makanan manis seperti kurma dan air mineral. Berbuka hanya untuk membatalkan puasa, bukan aksi mengenyangkan perut.

Kembali pada hakekat puasa, menahan lapar dan haus hanya bagian dari media pembelajaran untuk bisa menahan diri dari hawa nafsu. 

Alangkah baiknya jika pada waktu magrib cukup untuk sekedar membatalkan. Selanjutnya, makan tetap memperhatikan porsi normal, tanpa berlebihan.

Dengan tetap memperhatikan asupan makanan secara normal, menjalankan ibadah lainnya seperti salat taraweh pun tidak akan terganggu. 

Berbeda ketika perut menjadi penuh karena banyak makanan yang masuk, menjadi begah, ruang untuk oksigen menjadi berkurang, dan efeknya tubuh akan mengantuk. 

Yuk, kita peduli dengan perut kita. Puasa bukan lagi menahan lapar, jadi jangan ada aksi balas dendam memenuhi perut dengan makanan.

Tetap sehat agar ibadah tetap lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun