Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketahanan Pangan Dimulai dari Pekarangan Rumah

14 April 2020   17:26 Diperbarui: 14 April 2020   17:36 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen terong (Foto HERI/PRAM)

Ibu pernah berpesan, "tanam pohon singkong di sekitar rumah. Kelak jika ada masalah keuangan, engkau tidak akan kelaparan. Ada singkong yang bisa kamu makan."

Petua ibu masih selalu saya ingat. Pohon singkong memiliki filosofi pangan yang sangat mendalam. Batang pohon yang gampang tumbuh di mana saja. Daun muda yang bisa dipetik dan sangat lezat dimasak untuk sayur. Sedangkan umbinya memiliki peran sebagai karbohidrat pengganti nasi. Singkong bisa terasa penting manakala tidak ada uang untuk membeli beras.

Di massa pandemi covid-19 yang entah kapan berakhir, kebutuhan pangan perlu dipersiapkan. Tinggal di kompleks perumahan tidak menjadi alasan untuk tidak bertanam singkong. 

Sejak menempati rumah baru tiga tahun lalu, sejumlah tanaman sayuran seperti kangkung, bayam, pokcoy, cabe merah, cabe rawit, kacang, dan tomat menjadi hiasan pekarangan rumah.

Tanaman itu sangat membantu sekarang. Saat melaksanakan social distancing, ketersedian bahan pangan tinggal metik dari pekarangan rumah saja.

Pohon singkong saya tanam di belakang rumah. Memiliki fungsi untuk pagar yang daunnya bisah dipetik untuk sayur. Sedangkan umbinnya hanya akan dicabut jika ingin makan singkong goreng saja.

Halaman depan rumah biasa saya tanam sesuatu yang menarik perhatian. Seperti cabe rawit yang memiliki karakter pohon yang memiliki banyak ranting dan buah-buahnya yang berwarna kuning mentega. 

Pohon cabai yang memiliki khas buahnya yang besar akan makin indah terlihat ketika sudah matang dengan warna kemerahan. Sedangkan tomat, favorit saya adalah tomat rampai dari Lampung yang memiliki ciri buah kecil seperti ceri. Buah terong ungu terasa mencolok dengan buahnya yang lebih besar.

Sebagian tanaman hijau lainnya akan saya tanam di media pot. Disusun sedemikian rupa agar terlihat menarik. Sayur kangkung, bayam, selada air, kacang panjang, dan pokcoy bisa tumbuh subur dengan karakternya masing-masing. Hanya butuh waktu tiga sampai empat minggu tanaman bisa dipanen.

Tidak lupa juga, tanaman obat wajib ada. Seperti jahe merah, kunyit, kencur, serai, sirih, dan berbagai tanaman lainnya yang bermanfaat. Saya sendiri terkadang lupa dengan nama-nama tanaman. Apa pun yang tumbuh di pekarangan bisa dimanfaatkan.

Ketahanan pangan bisa dimulai dari lingkungan rumah. Memanfaatkan pekarangan dengan ruang yang terbatas pun masih bisa disiasati dengan media pot. Tanaman hanya membutuhkan media tanah, kemudian air yang cukup, dan sinar matahari.

Tanaman yang kita panen dari pekarangan rumah juga lebih sehat. Tanah kompos yang dibuat sendiri akan menyuburkan perkembangan pohon tanpa tambahan pupuk kimia. Bisa dikatakan semua tanaman terbebas dari bahan pestisida dan bahan beracun lainnya. Membeli sayuran di pasar belum tentu sehat, bukan?

Modal untuk bibit hingga perawatan pun tidak banyak merogoh banyak uang. Cabe rawit dan terong bisa hidup lama sampai lebih satu tahun dan berkali-kali panen. Kacang, cabai merah dan tomat hanya akan bertahan hidup sampai buahnya habis. Dari buah yang masak bisa diambil biji untuk bibit selanjutnya.

Berbeda dengan biji sayur kangkung, bayam, pokcoy, dan selada air yang harus punya stok biji. Sementara banyak pohon sepanjang tahun yang cukup dirawat dengan rutin menyiraminya saja.

Siapa pun bisah menjadi petani dari pekarangan rumah sendiri. Hanya butuh rasa suka terhadap tanaman dan telaten mengurusnya.

Oh iya, tanaman bukan hanya bisah menjadi asupan makanan bergizi saja. Aktifitas bertanam dari menyiapkan media tanah, penyemaian bibit, menyirami, hingga panen, semua itu menyenangkan.

Bagi saya, tanaman adalah obat stres dan mampu membawa rasa bahagia. Warnanya yang hijau terasa sejuk. Saat melihat tanaman tumbuh subur dan berbuah, disitulah ada rasa bahagia. Ada kebanggan bisa melewati proses dari menanam biji hingga menikmatinya menjadi sebuah hidanga.

Menikmati hasil tanam sendiri dan membaginya ke tetangga juga bagian dari berkah bertanam.

Suasana rumah akan lebih sejuk. Jika kita memandang ke luar rumah yang terlihat adalah serangkaian tanaman. Hidup terasa damai. Kebutuhan bahan makanan sudah tersedia meski pun di luar sana mengabarkan perekonomian sedang sulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun