Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Betapa Emosionalnya Mendengar Dentuman GAK Erupsi

11 April 2020   11:38 Diperbarui: 11 April 2020   11:34 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, perjuangan yang tidak gampang untuk menjadi ikhlas di tengah bencana. Bukan faktor alam saja yang mengintai nyawa, namun ada oknum tidak bertanggungjawab yang menjadikan bencana sebagai permainan untuk menyebarkan berita bohong yang menyebabkan ketakutan.

Wajar jika kini, warga yang pernah kehilangan keluarga dan harta benda akibat tsunami yang disebabkan matrial GAK longsor menjadi lebih emosional. 

Berita yang menghubungkan suara dentuman di Jakarta yang dikaitkan aktifitas GAK. Keramaian di media inilah mempengaruhi warga disekitar pantai menjadi lebih was-was.

Sepengalaman saya memantau perkembangan erupsi GAK dari jarak terjauh posko pemantauan di Pesauran, hingga jarak terdekat sekitar 2 KM, suara dentuman tidak seperti ledakan yang menggelegar seperti ledakan bom. Dentuman itu terasa mendem di bawah laut. Jika pun terdengar lebih keras itu karena asap pekat yang keluar dari kawah menyebabkan petir dan kilat.

Jadi, suara dentuman erupsi GAK itu hanya bisa didengar di daratan yang dekat dengan GAK. Jika pun terdengar hingga sampai Jakarta, mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi.

Cukup lah membahas suara dentuman itu. Geliat GAK memang tidak pernah berhenti. Sama halnya orang-orang pesisir pantai pun tidak pernah berhenti untuk bangkit menata hidup. Kini kehidupan warga sudah berjalan normal setelah apa yang sudah terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun