Bagaimana bisa tenang jika di dapur tidak ada yang masak?
Saya sejenak menghela nafas membaca status whatsapp tetanggaku itu, persisnya minggu lalu. Tiap saat yang dikeluhkan selalu masalah keuangan. Dari mulai suami yang diberhentikan dari tempat kerja, hingga sulitnya mencari pekerjaan di tengah wabah covid-19.
Ketika curhatan sudah merembet masalah keuangan, ada kesan yang mengganggu mata pembacanya. Namun dipikir lebih dalam lagi, curhatan itu terasa penting untuk ditanggapi.
Yah, kita bisa saja berfikiri, buat apa curhat masalah keuangan keluarga di medsos? Tidak baik mengumbar masalah pribadi.
Setiap orang ingin curhat dan berharap ada yang mendengarkannya. Dalam situasi social distancing, media sosial mejadi alternatif untuk mengungkapkan semua yang menjadi beban di hati.
"Ibu Nana itu sepertinya butuh orang untuk bisa mendengarkannya. Jika ada waktu luang mungkin bisa mengajaknya ngobrol," kata saya kepada istri.
Istriku kemudian mengobrol lama via telepon pada malam harinya. Istri tidak banyak bicara, hanya sesekali terlihat mengangguk dan menyeka air mata.Â
Sebelum tidur istriku kemudian memintak sesuatu, "Pohon jahe merah dan kunyit di karung itu sudah waktunya panen kan?"
"Harusnya sudah, lebih dari satu tahun. Pasti banyak isinya. Kenapa?"
"Uji coba saja, cabut jahe dan kunyit, satu media tanam saja."
Saya menyetujui. Bertanam menjadi hobi saya selain berolahraga dan menulis. Menanam rempah dan tanaman obat menjadi keharusan. Di pekarangan rumah saya tanam jahe, kunyit, dan kencur di media karung. Tujuannya buat jamu dikala sakit.