Saya yang terbiasa aktif di lapangan sudah mulai jenuh. Biasa pergi keluar rumah dan pulang membawa uang. Kini semua terasa berbeda. Mendapatkan banyak waktu bersama keluarga, tapi secara keuangan sudah mulai kritis.
"Di dompet sisa dua ratus ribu."
"Uang belanja sudah habis, kemarin beli beras dan telur lebih banyak untuk antisipasi. Cukup sampai minggu depan saja."
Percakapan soal keuangan menjadi paling krusial bagi suami istri. Istri sangat memahami pekerjaan saya yang tidak pasti mendapat gaji seperti karyawan pada umumnya.
Istri sebenarnya sangat pandai mengatur keuangan, sehingga ketika tanpa ada pekerjaan pun masih aman. Kini, saat istri kuliah S2 menjadi berbeda karena banyak biaya yang dikeluarkan.
Sebagai penulis skenario FTV dan penata artistik sinematografi yang bisa cepat menghasilkan uang, jika dalam kondisi semua shooting ditangguhkan, maka keran penghasilan pun juga terhenti.Â
"Sampai kapan kita begini?"Â
"Sudah dua pekan jalani anjuran presiden untuk di rumah aja, bukannya berakhir malah ada tanda-tanda semakin lama."
Semakin lama penanganan virus corona, semakin lama pula saya tidak bisa kerja. Keperluan belanja setiap hari terus jalan, namun pendapatan nihil.Â
Haruskah utang? Situasi saat ini tidak mudah memintak pinjaman uang.Â
Pemerintah melarang adanya aktivitas di luar rumah dan melakukan pekerjaan di rumah saja. Kecuali sebagai crew film, tidak ada yang dikerjakan di rumah saja. Mau menulis banyak skenario FTV pun tidak ada produser yang melirik karena semua proses shooting sementara ditidakan.