Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilihan Terbatas di Tengah Covid-19

24 Maret 2020   10:13 Diperbarui: 24 Maret 2020   10:46 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
monas ditutup via republika.co.id

"Ajal sudah ketentuan Allah," kata seseorang saat mendapatkan peringatan untuk tidak melakukan perkumpulan banyak orang.

Masi banyak orang yang berfikir konservatif dan cenderung apatis dalam menghadapi penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, China. Padahal penyebaran virus yang dapat menyebabkan kematian itu menyebar dengan cepatnya.

Jangankan diminta patuh untuk jalani social distancing, anjuran ibadah di rumah saja ditolak mentah-mentah. Mengedepankan urusan akherat dan melupakan bahwa saat ini kita jalani hidup di bumi juga harus sehat. Kehidupan ini juga penting diselamatkan untuk generasi selanjutnya.

Hanya sementara bertahan di rumah, tidak usah ke mall, tempat wisata, atau kumpul-kumpul di cafee. Saat ini situasi pencegahan virus corona membutuhkanmu bertahan di rumah demi keberlangsungan hidupmu juga 

Virus corona memang tidak bisa terlihat dengan kasat mata, namun penyebaran yang sudah masuk di 22 provinsi di Indonesia membuktikan bahwa kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi gejalah orang yang terjangkit hanya batuk dan flu sama seperti orang normal pada umumnya. Orang yang dihadapan kita terlihat sehat bugar, bisa saja dalam saluran pernafasannya sudah ditempati butiran coronavirus.

Kepedulian memang harus didukung pada pengetahuan yang cukup. Bersikap apatis bisa karena kurangnya informasi yang benar terkait bahaya covid-19. Sehingga wawasan tidak bisa terbuka karena selalu pada konsep berfikir konservatif.

Jika kita menginginkan informasi, media sudah memberikan banyak informasi yang akurat dan tercepat soal perkembangan kasus pasien covid-19 yang makin meningkat. Sikap apatis yang disuarakan seseorang akan menular kepada orang lain yang sama-sama minim informasi.

Sudahlah, menasehati orang yang bersikap apatis sama saja mengetuk pintu rumah kosong.

Saat menghadapi wabah yang menakuti dunia, pilihan kita hanya ada dua, di rumah atau di kuburan.

Di rumah aja menjadi pilihan sederhana untuk melindungi diri dari penyebaran virus. Hal ini untuk menghindari interkasi langsung dengan orang yang sudah terinfeksi. Dari percikan batuk dan bersin menjadi media yang gampang tertular jika masuk pada saluran pernafasan.

Bukan karena itu saja, orang yang terinfeksi juga bisa meninggalkan jejak virus yang menempel di benda-benda di sekitarnya. Jika kita memegang permukaan benda dengan virus yang menempel, lalu mengusap mulut, hidung, dan mata, virus akan masuk menjangkiti kita.

Butuh kesadaran bahwa di rumah aja adalah cara untuk melindungi diri dan orang lain. Ini pun berlaku bagi orang yang terinfeksi untuk melakukan isolasi diri, jangan sampai orang dengan positif infeksi covid-19 menularkan ke lebih banyak orang.

Pencegahan cukup di rumah aja. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Di rumah saja juga menyelamatkan para tenaga medis yang saat ini masih kekurangan alat pelindung diri. Kita yang tidak memiliki pengetahuan melindungi diri dari virus sebaiknya ikuti intruksi berdiam diri di rumah itu baik.

Masih ngeyel ke luar rumah? Pilihannya adalah beresiko besar tertular virus yang masih  belum ada obatnya itu. Mengerikan, jika hasil tes menunjukan positif covid-19, maka saat itu tidak lagi bisa menatap langsung orang yang kamu cintai.

Isolasi akan dijalani secara ketat di rumah sakit. Kemungkinan sembuh memang ada, tapi jika kondisi tubuh kamu ada penyakit bawaan, maka penyembuhan akan lebih sulit.

Bagaimana jika mati? Ya, itu sudah jadi takdir Tuhan. Tapi jangan berharap ketika jenazah dengan virus covid-19 bisa diperlakukan sama dengan jenazah pada umumnya. Prosedur kesehatan memperlakukan jenazah harus di-wrap atau dibungkus dengan plastik sebelum dikuburkan. Penanganan yang jauh lebih ketat agar tidak membahayakan orang lain.

Bagi orang yang sudah meninggal memang sudah tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. Setidaknya kita berfikir, jika pun ajal datang melalui prantara covid-19, pikirkan juga keluarga kita yang pastinya tidak tega dengan pemakaman seperti itu.

Berhentilah bersikap apatis. Takut sama Tuhan dan takut sama covid-19 itu beda konteks. Takut sama Tuhan itu lebih memuliakan dan mempercayainya. Sedangkan takut sama virus corona itu lebih pada menghindari dan mencegah.

Tuhan memberikan hati agar kamu beriman dan menciptakan otak untuk berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun