Respon apa yang kita rasakan ketika mendapatkan kabar duka? Baru-baru ini suami artis Bunga Citra Lestari yaitu Asraf Sinclair meninggal. Ucapan bela sungkawa dari netijen turut membanjiri sosial media.Â
Bagaimana jika kabar duka datang dari orang terdekat kita? Sebuah kabar yang didapat dari media sosial atau aplikasi pesan instant seperti Grup Whatssap. Ucapan duka cita pun kemudian akan bermunculan dari member yang ada di dalam grup.Â
Keberadaan aplikasi pesan instant membuat jarak semakin dekat dan cepat. Namun dari ucapan yang kita sampaikan menjadi terasa hambar tanpa ada emosional dan simpatik yang tersampaikan. Lebih baik, datang lah untuk takziah langsung ke rumah duka. Itu lebih bisa memberi dukungan moril kepada kawan kita yang sedang berduka.
Perlu diperhatikan juga saat takziah di rumah duka, jika terkadang ucapan yang diniatkan untuk memberi suport kepada kawan yang sedang berduka justeru salah alamat. Efeknya bukan bisa menguatkan, malah menambah kesedihan.
Kak Asta Dewanti yang saya kenal sebagai psikolog melalui insta storynya memberi nasehat, ucapan-ucapan yang kita sampaikan terkadang menambah beban bagi kawan kita yang sedang berduka. Maka penting rasanya memilih kata yang baik untuk bisa memberi suport dan empati. Sehingga apa yang kita katakan menjadi penyemangat dalam situasi yang sangat berat bagi orang yang ditinggalkan.
Perlu diperhatikan, kesalahan yang tidak kita sadari adalah menjadi orang yang mendadak bijak. Pertama adalah dengan mengatakan, "sabar, ya..." Setiap orang dalam berduka pasti membutuhkan kesabaran. Tapi mengajarkan bersabar kepada orang yang sedang berduka bukan hal yang baik.
"Saya di sini untuk menemani, mu," ini perkataan yang lebih nyaman untuk dirasakan. Merasa dalam menghadapi situasi sulit mendapatkan dukungan dari orang yang setia di samping untuk selalu menguatkan.
Kedua adalah jangan sekali-kali menyuruh berhenti menangis. "Sudah jangan menangis..." Menangis adalah luapan emosi yang wajar dikeluarkan saat berduka adalah hal yang wajar. Akan berbahaya jika ditahan. Jangan melarang menangis orang yang sedang bersedih, artinya kita menghalangi proses pemulihan orang dalam kesedihan.
Ketiga adalah "yang kuat ya..." Hampir sama dengan kata-kata pertama yaitu mengajak bersabar, hanya basa-basi. Lebih baik ketika datang, ucapkan "Saya tahu ini berat. Saya akan selalu temani kamu untuk lewati ini semua."
Mengucapkan, "Semoga mendapatkan tempat yang terbaik," juga tidak layak diucapkan. Poin keempat ini bisa menimbulkan ketersinggungan, seolah selama ini orang yang telah berpulang masa hidupnya tidak pada tempat yang baik.
Coba diganti dengan kata, "Saya turut berduka atau saya turut kehilangan." Tapi juga jangan ada sambungan kata, "Ini yang terbaik untuk almarhum." Poin terakhir ini juga sebaiknya dihindari dan diganti," Kebaikan almarhum akan selalu saya kenang."
Cukup berhenti basa-basi, apalagi jika sampai menanyakan, "Kenapa bisa meninggal? atau "Sakit apa, kok bisa meninggal?" Pertanyaan yang tidak penting untuk dijawab!
Kata-kata yang baik adalah dengan doa.
Kemudian cukup diam jika tidak ada yang lebih penting untuk diucapkan. Situasi di rumah duka bukan untuk ngobrol banyak hal. Keluarga juga butuh ketenangan hingga proses pemakaman selesai.
Percayalah dengan kedatangan kita saja sudah cukup berarti besar sebagai rasa kepedulian. Kedatangan kita diniatkan untuk memberi kekuatan kepada kawan kita, bahwa kita ada saat masa yang sulit.
Mencoba lebih care dengan ucapakan kita. Rasanya kehilangan orang yang kita cintai itu tidak bisa digambarkan seperti apa. Menata hati yang sedih dan bertahan untuk ikhlas itu juga butuh perjuangan. Jangan sampai basa-basi kita justeru membuat kawan kita semakin bersedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H