Andi Taufan Garuda Putra, seorang CEO dari Amartha, perusahaan teknologi finansial peer-to-peer lending seharusnya bisa muncul memberikan pemahaman keuntungan dari usaha ekspor beni lobster.
Sebagai anak muda yang telah meraih banyak penghargaan atas prestasinya di bidang kewirausahaan, penting rasanya para pelaku wirausaha mendapatkan pemahaman bahwa penjualan beni lobster akan meningkatkan perekonomian para nelayan. Untuk itu perlu mendukung rencana ekspor beni lobster yang juga akan memperkuat perekonomian negara.
Sementara kebijakan di bidang pendidikan yang akan menghapus Ujian Nasional dan diganti asesmen kompetensi, banyak milenial tidak memahami kebijakan Mentri Nadiem Makariem.
Adamas Belva Syah Devara seharusnya muncul memberikan penjelasan bahwa UN sudah tidak bisa menjadi acuan mengukur kualitas pendidikan.
Sebagai pendiri Ruang Guru, Belva bisa menyampaikan penjelasan tentang program merdeka belajar. Sehingga para milenial paham bahwa Kemendikbud saat ini sangat peduli sekali dengan program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan milenial. Jangan sampai ada yang salah mengartikan merdeka belajar adalah bebas tidak belajar.
Itu hanya sebagian dari perumpamaan saja. Staf Milenial seperti layaknya staf pada umumnya hanya bekerja di dalam ruangan, rapat, dan ikut kunjungan. Jika begitu, wajar jika keberadaan Staf Milenial tidak bernah terekspose. Cukup bekerja membantu ide-ide segar kepada presiden.
Apa mungkin, karena sebagai staf tidak banyak memiliki ruang publikasi untuk menyampaikan program yang akan, sedang, dan sudah dilakukan selama 100 hari kabinet Jokowi-KH Maruf Amin? Jika terus begini, lama-lama keberadaan mereka bisa menghilang begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H