Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mendidik Anak dengan Mendirikan Kerajaan Baru

21 Januari 2020   23:04 Diperbarui: 25 Januari 2020   23:36 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Banyak kerajaan muncul sekarang, apa kita bikin kerajaan baru aja?" kata rekan kerjaku, Maftu. Matanya masi saja membaca artikel dari layar leptopnya.

"Kalo ada kerajaan yang kasi subsidi sembako dan gak ada Omnibus Low, saya mau jadi rakyatnya," kata Hilda menanggapi.

Suasana kantor menjadi ramai dengan obrolan kemunculan kerajaan baru di tahun baru. Di tengah situasi banjir, ribut soal korupsi, penarikan subsidi gas melon, dan politik kepentingan, munculnya Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo, Kerajaan Jipang di Blora, dan Kerajaan Sunda Empire di Bandung menjadi fenomena yang menarik.

"Ini mereka sudah frustasi apa ya dengan negara kita? Sampai mendirikan kerajaan di dalam negara," kata Maftu sambil tertawa kecil.

Guyonan tentang kemunculan kerajaan baru itu terbawa hingga pulang. Ketika memasuki rumah suasana cukup sepi. 

Di ruang keluarga seperti biasanya mainan anak tergeletak tak beraturan. Sepertinya istriku belum sempat membereskan. Saya kemudian ke dapur dan menemui istri yang sedang menggoreng ikan.

"Berantakan sekali, Bun."

"Chava habis main kerajaan sama teman-temannya tadi. Sekarang mereka udah pulang, terus Chava tertidur sebelum membereskan mainan," kata istriku.

Kemudian saya berjalan menuju tenda dom (tenda zaman suka naik gunung). Chava tertidur dengan lelapnya di dalam tenda. Beberapa mainan robot dan boneka berdiri berbaris menghadap tenda.

Kini usia putraku itu sudah 5 tahun. Sejak usia 3 tahun daya hayalnya sangat tinggi dengan memainkan berbagai benda layaknya sebuah cerita. Mungkin karena Bundanya pendongeng. Setiap hari Chava selalu dibacakan buku cerita.

Saya bereskan mainan yang tergeletak di lantai. Memasukan ke dalam box. Tiba-tiba kepala Chava muncul dari pintu tenda. "Ayah mau apakan prajurit, Chava?" katanya.

Saya kemudian membawa dua robot dan duduk di depan tenda. Chava keluar dari tenda dan langsung duduk di depanku.

"Ini prajurit, sama pendekar. Mereka menyelamatkan kerajaan," kata Chava menunjuk dua robot yang ada di tanganku.

Saya kemudian tersenyum. Mengelus dada. Berita tentang munculnya kerajaan-kerajaan itu membuat saya khawatir dengan anak sendiri. Padahal istri sudah menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Chava adalah proses imaginasi, bagus untuk tumbuh kembang pikirannya.

Menyamakan anak dengan para Raja dan Ratu di berita itu tentu berbeda. Chava sedang menikmati proses pertumbuhan kreatifitasnya. Segala benda yang di tangannya bisa memiliki karakter cerita.

Selama ini saya tidak melihat ada masalah dalam tumbuh kembang anak. Tidak pernah melarang anak untuk eksplorasi kemauannya. Kami masi bisa memberikan kebebasan bermain dengan batasan keamanan. 

Dari cerita-cerita yang pernah kami bacakan, kemudian dijadikan permainan peran. Chava bisa menerapkan cerita ke dalam permainan peran bersama teman-temannya.

Kemampuan bicara Chava terkadang menjadikannya sebagi narator, sekaligus yang memiliki jalan ceritanya. Teman-temannya kemudian mengikuti peran. Menarik memang ketika libur di akhir pekan bisa melihat anak bermain peran dengan teman-temannya.

Selain bermain kami juga selalu menanamkan rasa tanggungjawab, yaitu membereskan mainan ke dalam box mainan. Dalam hal ini kadang kami memberikan sangsi jika Chava tidak mau membereskan mainannya, yaitu tidak akan dibelikan mainan baru. 

Jika Chava tidak mau, ancaman sangsi itu kami ucapkan sambil membereskan satu persatu mainan dengan gerak lambat. Chava yang melihatnya langsung ikut membereskan mainannya.

Dari permainan kerajaan itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa, bermain peran dengan robot atau boneka memiliki banyak manfaat. Di antaranya adalah melatih imaginasi, kecakapan berbicara, kemampuan berfikir, dapat bersosialisasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan rasa tanggungjawab.

Pada dasarnya anak-anak suka bermain. Dari permainan itu kita bisa menjadikan sebagi media pembelajaran untuk tumbuh kembangnya. Dari permainan ini kita bisa menanamkan pendidikan karakter yang juga melati kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jika anak-anak yang bermain kerajaan itu bagus untuk imaginasinya, namun jika orang dewasa yang tiba-tiba mendeklarasikan sebagai Raja dan Ratu itu bukan imaginasi, bisa jadi ada faktor lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun