Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pengiring Jenazah Melewati Pelaminan Pengantin

11 Januari 2020   11:37 Diperbarui: 11 Januari 2020   11:45 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pesta pernikahan di tengah jalan (KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO)

"Matikan musiknya! Geser kursi-kursi ke samping! Sebentar lagi rombongan pembawa jenazah lewat," kata salah seorang berteriak keras.
Di acara pernikahan yang ramai dengan hiruk pikuk tamu undangan, live musik yang memeriahkan suasana, serta menikmati kelezatan makanan yang dihidangkan, dan sepasang pengantin yang berbahagia berdiri di pelaminan menyalami para tamu. Seketika saja suasana berubah. Para tamu undangan dibuat kaget.

Sejumlah pemuda kemudian menyingkirkan susunan kursi. Orang yang sedang makan diminta menyingkir ke tepi tenda. Setelah jalan terbuka, rombongan mengusung jenazah lewat.

Sepasang pengantin di pelaminan hanya terdiam duduk lesu. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Ditengah kebahagiaannya justru menyaksikan jenazah lewat persis di depan pelaminan. Pengalaman yang tidak menyengkan, suasana pesta yang sedang ramai diselang oleh suasana duka.

Ini pengalaman saya saat menghadiri pesta pernikahan di tahun 2018 lalu. Sebuah ketidak nyamanan saya rasakan, lagi menikmati makanan malah melihat suasana duka.

Pemilik hajat harus menerima tempat pesta dilewati oleh jenazah. Resiko menjadikan jalan di depan rumah sebagai tempat pesta. Apa mau dikata, jalan milik umum. Pemakaman jenazah tidak bisa menunggu sampai pesta selesai.

Menjadikan jalan di depan rumah sebagai tempat pesta pernikahan sudah menjadi budaya di masyarakat kita. Menutup jalan umum untuk kepentingan pribadi dianggap lumrah demi sebuah kebahagiaan.

Yah, demi kebahagiaan di pesta pernikahan tanpa memikirkan kepentingan umum menjadi keegoisan yang harus diterima juga oleh orang banyak.

Saya pun sering mengalami kekesalan ketika jalan kampung selalu diblokir jika ada pesta. Mencari jalan tikus yang sempit, masuk jalan di kebun yang becek, hingga harus rela tidak bisa bepergian membawa mobil karena akses jalan tertutup. Nasib punya rumah di ujung jalan buntu.

Hakekatnya setiap pesta pernikahan adalah kebaikan. Realitanya menutup jalan justru menyusahkan banyak orang.

Pengalaman jenazah melewatai pesta pernikahan memang jarang terjadi, namun tidak menutup kemungkinan di tempat lain bisa saja ada yang lebih mendesak, seperti ada yang ingin membawa orang sakit ke Rumah Sakit atau mungkin ada musibah kebakaran yang tidak bisa dilewati oleh mobil pemadam kebakaran. Semua kemungkinan bisa terjadi, bukan?

Penggunaan jalan umum untuk pesta pernikahan memang tidak ada aturan atau regulasi kebijakan yang diatur. Selama ini siapa pun boleh menggunakan jalan.

Bahkan beberapa kali melewati Jalan Raya Cilegon - Serang, saya kerap melihat sebagian jalan digunakan untuk pesta pernikahan. Sebagai Jalan Nasional yang ramai dengan kendaraan, kemungkinan terjadinya kecelakaan bisa saja terjadi.

Banyak orang menganggap menggelar pesta pernikahan di jalan depan rumah lebih praktis, serta tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk sewa gedung yang mahal. 

Karena sudah menjadi kebiasaan dan masyarakat yang santuy (meski dibuat ribet) maka semua orang bebas memblokir jalan tanpa perlu mementingkan kebutuhan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun