Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Gerhana Matahari, Yuk Salat Sunah Kusuf

25 Desember 2019   23:24 Diperbarui: 25 Desember 2019   23:38 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak beberapa hari lalu, informasi akan terjadinya peristiwa gerhana matahari cincin sudah ramai diberitakan. Gerhana akan berlangsung pada Kamis, 26 Desember 2019. Sejumlah himbauan melaksanakan Salat sunah gerhana matahari (kusuf) pun santer di media sosial.

Secara hukum, salat sunah kusuf adalah sunah muakkad dan dilaksanakan secara berjamaah.

Hukum pelaksanaan salat sunah kusuf terdapata pada hadis berikut: "Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah ta'ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian," (HR Bukhari-Muslim).

Sebelum melakukan salat sunah kusuf, tentu kita harus memastikan terlebih dahulu waktu kejadian. Beruntung di jaman kecanggihan teknologi saat ini kita sudah bisa mengukur terjadinya gerhana matahari.

Berdasarkan informasi, gerhana matahari cincin akan dimulai dari fase gerhana sebagian yang dimulai pukul 10.22 WIB. Fase puncak akan terjadi pada pukul 12.15 WIB, dan berakhir pada 12.19 WIB atau sekitar tiga menit. Setelah itu, fase berlanjut dengan gerhana sebagian yang berakhir pukul 14.13 WIB.  Gerhana ini bisa disaksikan di sejumlah wilayah di Indonesia, namun harus dengan bantuan alat khusus.

Ada pun tata cara salat sunah kusuf ini dilakukan dua rakaat dengan empat rukuk. Tata cara mengerjakan salat sunah kusuf adalah sebagai berikut :

1. Berniat: "Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman/makmuman lillahi tala"
2.Takbiratul ihram seperti salat biasa.
3. Membaca doa iftitah dan bertaawuz, kemudian membaca Surah Al-Fatihah dan membaca surat yang panjang dengan dikeraskan (jahr) suaranya.
4. Rukuk dengan waktu yang lama.
5. Bangkit dari rukuk (iktidal).
6. Setelah Iktidal, tidak langsung sujud, tetapi membaca Surah Al-Fatihah dan Surah panjang. Surah yang dibaca saat berdiri yang kedua ini, lebih pendek daripada saat berdiri sebelum rukuk.
7. Rukuk kembali (rukuk kedua) yang panjangnya lebih pendek dari rukuk sebelumnya.
8. Bangkit dari rukuk (iktidal).
9. Sujud yang lamanya seperti rukuk, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
10. Bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama dengan bacaan dan gerakan yang lebih singkat.
11. Tasyahud, dan
12. Salam.

Setelah salat, jemaah mendengarkan hotbah salat gerhana yang disampaikan imam. Isinya anjuran untuk berdzikir, berdo'a, beristighfar, sedekah, dan amal kebaikan lain.

Salat gerhana matahari merupakan momentum untuk semakin menyadarkan manusia bahwa peristiwa-peristiwa alam, seperti gerhana adalah semata-mata kuasa Allah untuk menunjukkan kebesaran-Nya. Gerhana terjadi sebuah keteraturan fenomena alam. Hikmah ini juga menjadi pengingat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, doa, juga sedekah. Wallahu a'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun