Awalnya saya sendiri merasa kaku, karena tidak terbiasa dengan festival musik sebesar ini. Namun karena melihat semua orang yang datang terlihat enjoy, maka saya pun melepaskan kekakuan itu, dan ikut bergoyang mengikuti tiap irama musik. Santuy mengikuti irama musik yang dimainkan.
Soal EDM saya tidak begitu paham, apalagi mengidolakan setiap musisi yang tampil. Saya hanya melepaskan diri bersama musik yang tidak mau berhenti itu. Tapi saya hafal dengan beberapa musik yang sering diputar saat bekerja.
Meskipun bukan anak Jakarta Selatan, mendengar remix lagu "Berharap Tak Berpisah" dari Reza Artamevia membuat saya bersama kawan bernyanyi bersama, "Izinkan aku, untuk kesekian kalinya. Semalam saja bersamamu..."
Kembali ke panggung berikutnya adalah Barong Family, di sini tidak kalah serunya. Entahlah, mungkin karena saya tidak paham dan tidak mengkatagorikan musik apa yang saya sukai, selagi masih enjoy, saya sangat menyukai itu semua. Jika tidak suka, cukup bergeser ke panggung lainnya.
Paling menarik tentu saja bisa berkenalan dengan para pengunjuk dari manca negara. DWP rupanya sudah menjadi agenda liburan mereka di akhir tahun.
Sasha, pengunjung dari Australia ini sudah mengatur jadwal liburan dari dua bulan lalu. Pertama kali datang di DWP saat pelaksanaan di Bali tahun lalu.
"Sebelum kumpul bersama keluarga untuk merayakan liburan natal di Bali, saya sempatkan datang ke sini," katanya dengan Bahasa Ingris yang sudah diterjemahkan.
Sasha datang bersama dua saudaranya, mereka sempat mendengar isu adanya penolakan pelaksanaan DWP oleh sebuah organisasi. Namun ia yakin, Jakarta baik-baik saja dan mereka datang hanya untuk menikmati pesta musik yang disukainya ini. Bahkan mereka membeli tiket untuk bisa masuk selama 3 hari pelaksanaan.
Saya pun sebenarnya ada rasa cemas akan adanya organisasi yang mencoba menghentikan pelaksanaan DWP. Namun hingga tengah malam, semua berjalan baik-baik saja.
Soal tuduhan festival musik ini hanya sebagi perbuatan maksiat. Saya pun cukup menghargai kebebasan orang untuk melihat dari berbagi sudut pandang.
Pengunjung yang minum-minuman beralkohol memang ada, tentu ini selera soal minuman yang disukai setiap orang berbeda. Saya yang tidak terbiasa minum beralkohol cukup minun soft drink yang cocok ditenggorokan.