Pernah merasakan dituduh mencuri? Sekali atau dua kali bisa saja setiap orang merasakan. Entah itu candaan atau pun memang melakukan. Pastinya, ketika dituduh mencuri sontak hati akan terkejut dan tidak terima.
Tuduhan mencuri pernah menjadi traumatik yang saya alami semasa kecil dulu. Menjelang adzan magrib, ketika saya sedang mandi, dari luar rumah terdengar suara teriakan yang sangat keras.
Seorang lelaki paruh baya menuding-nuding muka Ayah. Ia menyebut saya telah mencuri kelapa muda milikinya di kebun. Ketika saya datang, lelaki itu semakin menjadi-jadi, mengujar dengan kata-kata kotor. Ayah sangat syok. Saya diliputi kebingungan dan takut.
Persoalan hingga pada persidangan di masjid. Saya bersama 4 teman lainnya menjadi tertuduh. Semua orang kampung menyaksikan persidangan itu.
Persoalan dimulai ketika setelah sekolah sore (Madrasah Diniyah) saya diajak teman ke kebun untuk makan kelapa muda. Kata teman yang mengajak, pohon kelapa itu milik pamanannya (tidak akan marah jika kelapa mudanya kita makan.) Hingga kami berlima menghabiskan sekitar sepuluh butir.
Rupanya, si paman tidak rela kelapanya diambil. Kami bersalah. Hingga tokoh masyarakat memutuskan kepada orang tua kami untuk mengganti dengan sejumlah uang.
Urusan selesai hanya dengan uang yang tidak seberapa itu. Namun tuduhan mencuri itu menjadi hukuman sosial yang harus saya alami. Saya merasa malu pergi bermain, ke sekolah, ke masjid, bahkan ke rumah guru ngaji. Semua orang membicarakan pencurian kelapa muda itu.
Namun ketika dewasa saat ini, apa yang menjadi trauma justru berubah menjadi bahan candaan saat mengenang masa kecil. Dulu saya takut untuk mengingat, namun sekarang jika diingat hanya akan membuat tertawa. Masa kecil dihiasi kekonyolan seperti itu.
Pencuri memang sebagai pendosa, tapi dari sudut pandang lain bisa saja berbeda. Apa yang pernah saya rasakan bersama temen-teman kecil dulu, sepertinya sama dirasakan oleh para pejabat di daerah tempat tinggal saya.
Soal mencuri, Kota Cilegon diduga rajanya koruptor. Diseret persoalan hukum dan mondok di Lapas beberapa tahun sudah dilewati. Ketika keluar, para koruptor makin aneh saja kelakuannya. Jangankan malu seperti yang saya alami dahulu, ini makin eksis dan mendapat kemuliaan.