Masi ingat rasanya, ketika asik menikmati tontonan film, kemudian terusik dengak kedatangan sekelompok masa dari Front Pembeli Islam (FPI). Film yang baru beberapa menit  diputar di gedung Dewan Kesenian Lampung terpaksa harus dihentikan.
Yah, Film Kucumbu Tubuh Indahku yang sedang ditonton sekelompok penggemar film itu kemudian mendapat boikot. FPI menilai, Â film yang diperankan Muhammad Khan itu dapat merusak moral anak muda dengan adanya unsur LGBT.
Kejadian ini sangat disayangkan oleh para penonton yang sudah hadir. Namun massa itu tetap mendesak film tidak bisa diputar lagi.
Sungguh saya merasa kesal. Bukan kah setiap orang punya hak dan tanggungjawab atas pilihannya? Rasanya menghentikan film yang sedang diputar bukanlah cara yang berbudi untuk menyampaikan pendapat yang berbeda Â
Namun kita harus maklum. Karena boikot seperti ini bukan hanya di Lampung saja, bahkan di sejumlah daerah. Sadisnya, Film yang disutradarai Garin Nugroho ini pun tidak bebas naik layar di bioskop-bioskop komersil di Indonesia.
Namun, dari keterbatasan akses tayang tersebut, siapa sangka, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim dan Mira Lesmana menyebutkan bahwa Peraih Film Panjang Terbaik jatuh pada Kucumbu Tubuh Indahku. Malam Anugrah Festival Film Indonesia (FFI) 2019 menjadi bukti, film ini layak membawa pulang Piala Citra.
Film tentang penari lengger lanang khas Jawa itu selain menjadi film terbaik, juga mendominasi perolehan di berbagai katagori FFI 2019.
Diantara perolehan penghargaan adalah Muhammad Khan, dipercaya membawa pulang piala Pemeran Utama Pria Terbaik. Nasib baik juga didapat Whani Darmawan yang mendapatkan penghargaan Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Rasanya tanda-tanda film ini akan meraih Piala Citra sudah terendus dengan perolehan Garin Nugroho sebagai Sutradara Film Terbaik.
Kontroversi Biasa
Kontroversi sebuah film sudah menjadi biasa, bahkan dijadikan bagian marketing atau strategi menjatuhkan dari pihak lawan bisnis. Film Dua Garis Biru yang jadi kompetitor juga sempat diterpa gelombang protes di masyarakat. Disebutnya film yang mengangkat kisah dua remaja yang hamil diluar nikah dianggap mendukung seks bebas.