Gara-gara Agnez Mo mengakui keturunan Jerman, Jepang dan Cina. Saya jadi kepikiran untuk merunut asal leluhur saya. Kebetulan saya lahir dan besar di Banten, tidak ada keluarga dari luar negeri, jadi tidak bisa mengakui saya punya keturunan darah dari negara lain.
Sejak kecil, pelajaran pertama tentang adanya asal usul manusia, saya memulai dari asal tempat tinggal orang tua. Bapak orang Betawi atau Jakarta, Ibu orang Banten. Maka saya cukup menyebut campuran orang Banten dan Betawi.
Menginjak jenjang Sekolah Dasar, saat itu di Madrasah Ibtidaiyah, maka asal usul manusia melesat lebih jauh lagi, yaitu berasal dari surga.
Allah menciptakan Nabi Adam sebagi awal keberadaan manusia di Surga. Kemudian dari tulang rusuk Adam, diciptakan Hawa. Namun karena melakukan pelanggaran dengan memakan buah terlarang, Nabi Adam dan Hawa mendapatkan hukuman diturunkan ke bumi.
Sehubungan di bumi belum ada populasi manusia membentuk negara, otomatis tempat diturunkan Nabi Adam dan Hawa cukup jadi rahasia Allah.Â
Ketika Hawa melahirkan banyak anak, maka populasi manusia kemudian semakin berkembang. Ini yang kemudian mematahkan teori Darwin, manusia bukan berasal dari evolusi kera.
Jenjang pendidikan semakin tinggi, pengetahuan perkembangan kehidupan manusia semakin besar dan meluas. Selanjutnya kita mengenal lagu "Nenek Moyangku Seorang Pelaut." Makna lagu yang mengisyaratkan kedatangan leluhur bangsa Indonesia dari daerah yang jauh dengan mengarungi bentangan lautan.
Sampai kemudian, ketika Bineka Tunggal Ika menjadi pengikat Negara Indonesia saat ini, persoalan asal usul orang Indonesia masi menjadi petanyaan, mengingat 500 populasi etnik berkembang dengan 700 bahasa dan budaya yang berbeda.
Paling hangat tentu saja persoalan Agnes Mo. Media ramai membicarakan, Agnes tidak mengakui memiliki darah Indonesia. Karena sudah banyak artikel yang membahas tentang asal keturunan Agnes Mo, saya tidak membahas lebih jauh dari itu.
Agnes Mo tidak begitu mengejutkan bagi saya. Satu bulan sebelumnya, ketika mendatangi Museum Nasional di Jakarta, saya menemukan fakta, orang Indonesia berasal dari Afrika.
Oke, saya langsung mengaca sejenak di dinding gedung. Kulit saya gelap, rambut ikal, tinggi 176 cm. Mencoba mengingat ciri fisik orang Afrika, kemudian yakin tidak banyak kemiripan dengan saya. Orang-orang di sekeliling saya memiliki ciri fisik yang beragam, namun identitas Indonesia pada umumnya masi terlihat jelas.
Afrika, tempat asal awal kedatangan manusia yang kini menetap di Indonesia. Sungguh tidak pernah saya dapatkan saat sekolah. Cukup mengenal, saya berasal dari suku Betawi dan Suku Banten yang terletak di Ujung Barat Pulau Jawa.Â
Adanya lagu "Nenek Moyangku Orang Pelaut" ciptaan Ibu Soed juga tidak menyebutkan, adanya pelayaran dari Afrika.Â
Di sini, saya harus membuka diri, menerima ilmu baru yang berasal dari penelitian para ahli. Disebutkan bahwa, berdasarkan sempel tes DNA orang Indonesia, tidak adanya darah murni orang Indonesia.
Penelitian ini dilakukan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jendral kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan didukung Historia.ID, menyebutkan secara jelas genetik orang Indonesia lebih dekat dengan Afrika.
Proyek penelitian genetik ini menggunakan sempel DNA mitokondria. Diambil dari sempel yang diturunkan melalui jalur ibu atau maternal. Kemudian sempel kromosom Y yang hanya diturunkan Ayah. Selanjutnya menggabungkan DNA autosom yang diturunkan dari Ayah dan Ibu.
Dari hasil tes DNA ini kemudian akan menguak data ilmiah soal komposisi ras, penelusuran nenek moyang, dan lini masa kehadiran ras. Gile bener ya? Perjalanan panjang kehidupan manusia yang sudah melewati ribuan tahun silam masi bisa terdeteksi dengan tes DNA.
Sebagai pendukung, paparan sejarah perjalanan migrasi menyebutkan bahwa perjalanan migrasi manusia ke Indonesia melewati 4 gelombang, yaitu orang Afrika yang pertama kali migrasi melewati jalur selatan asia menuju paparan sunda. Migrasi mereka pada priode Pleistosen akhir dan awal Holosom.
Migrasi dari Asia daratan kemudian menyusul sejak 4.300 sampai 4.100 tahun lalu oleh penutur Austro-asiatik. Priode kedua migrasi ini melewati Vietnam, Kamboja, Malaysia, hingga sampai ke Sumatra, Jawa, dan Kalimantan yang saat itu daratan masi menyatu.
Priode Holosen atau ketiga, yaitu 4.000 tahun lalu. Para penutur Austronesia memiliki ciri Mongoloid. Mereka datang membawa budaya neolitik berupa gerabah, beliung, seni, bahasa, teknologi kelautan, mengelola makanan, serta domestikal hewan.
Zaman sejarah menjadi priode keempat dengan kedatangan orang yang berasal dari India, Arab, dan Eropa. Pembauran kemudian terjadi membuat genetika manusia di Nusantara semakin beragam.
Dari rangkaian tes DNA dan jejak sejarah migrasi di atas, saya semakin paham, bahwa pengakuan Agnes Mo tidak perlu diributkan.Â
Saya mencoba merujuk filosofi kehidupan yang berasal dari sari patih tanah. Segala tumbuhan yang menjadi bahan pangan, serta air minum yang tiap hari mencukupi cairan tubuh, jika berasal dari tanah dan air di Indonesia, maka ketika masuk ke dalam tubuh, secara ilmiah akan menjadi darah. Yah, tentu saja menjadi darah Indonesia.Â
Sepertinya, sebagai masyarakat yang sangat menghormati leluhur, atas nama gen warisan yang tetap melekat, perlu juga membuat karya sebagai pengingat, Nenek Moyangku Orang Afrika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H