Oke, saya langsung mengaca sejenak di dinding gedung. Kulit saya gelap, rambut ikal, tinggi 176 cm. Mencoba mengingat ciri fisik orang Afrika, kemudian yakin tidak banyak kemiripan dengan saya. Orang-orang di sekeliling saya memiliki ciri fisik yang beragam, namun identitas Indonesia pada umumnya masi terlihat jelas.
Afrika, tempat asal awal kedatangan manusia yang kini menetap di Indonesia. Sungguh tidak pernah saya dapatkan saat sekolah. Cukup mengenal, saya berasal dari suku Betawi dan Suku Banten yang terletak di Ujung Barat Pulau Jawa.Â
Adanya lagu "Nenek Moyangku Orang Pelaut" ciptaan Ibu Soed juga tidak menyebutkan, adanya pelayaran dari Afrika.Â
Di sini, saya harus membuka diri, menerima ilmu baru yang berasal dari penelitian para ahli. Disebutkan bahwa, berdasarkan sempel tes DNA orang Indonesia, tidak adanya darah murni orang Indonesia.
Penelitian ini dilakukan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jendral kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan didukung Historia.ID, menyebutkan secara jelas genetik orang Indonesia lebih dekat dengan Afrika.
Proyek penelitian genetik ini menggunakan sempel DNA mitokondria. Diambil dari sempel yang diturunkan melalui jalur ibu atau maternal. Kemudian sempel kromosom Y yang hanya diturunkan Ayah. Selanjutnya menggabungkan DNA autosom yang diturunkan dari Ayah dan Ibu.
Dari hasil tes DNA ini kemudian akan menguak data ilmiah soal komposisi ras, penelusuran nenek moyang, dan lini masa kehadiran ras. Gile bener ya? Perjalanan panjang kehidupan manusia yang sudah melewati ribuan tahun silam masi bisa terdeteksi dengan tes DNA.
Sebagai pendukung, paparan sejarah perjalanan migrasi menyebutkan bahwa perjalanan migrasi manusia ke Indonesia melewati 4 gelombang, yaitu orang Afrika yang pertama kali migrasi melewati jalur selatan asia menuju paparan sunda. Migrasi mereka pada priode Pleistosen akhir dan awal Holosom.
Migrasi dari Asia daratan kemudian menyusul sejak 4.300 sampai 4.100 tahun lalu oleh penutur Austro-asiatik. Priode kedua migrasi ini melewati Vietnam, Kamboja, Malaysia, hingga sampai ke Sumatra, Jawa, dan Kalimantan yang saat itu daratan masi menyatu.
Priode Holosen atau ketiga, yaitu 4.000 tahun lalu. Para penutur Austronesia memiliki ciri Mongoloid. Mereka datang membawa budaya neolitik berupa gerabah, beliung, seni, bahasa, teknologi kelautan, mengelola makanan, serta domestikal hewan.
Zaman sejarah menjadi priode keempat dengan kedatangan orang yang berasal dari India, Arab, dan Eropa. Pembauran kemudian terjadi membuat genetika manusia di Nusantara semakin beragam.