"Ibu, aku lihat kemaren daun-daun itu layu. Namun pagi ini begitu segar setelah semalam diguyur hujan, lalu pagi ini cahaya matahari menghangatkannya," kata Nina.
Begitulah daun, Nina.
Ibu hanya tersenyum. Lalu menyuapi Nina makanan. Setelah itu butiran obat mengakhiri sarapannya.
"Ibu, bagiku, tidak ada yang lebih indah dari sinar matahari," kata Nina.
"Iya sayang, Ibu juga merasakan yang sama."
Ibu menutup pembicaraan. Terkadang jika berlama-lama menanggapi pertanyaan Nina -- matanya akan basah. Nina akan menganggapnya itu dari kesedihan. Lalu, Ibu memilih keluar. Nina sendiri, menghitung hari bersama sinar matahari di jendela.
Pensil warna dan kertas sudah tidak menarik lagi untuk menggambar. Begitu juga dengan boneka tidak lagi asik dimainkan. Nina hanya duduk termengu, menatap keluar jendela.
Hari-hari berikutnya, wajah ibu tak secerah biasanya. Ibu menyuapi makanan dan butiran obat. Ibu menyimpan rasa sedih, ketika obat berkurang tidak mampu membelinya.
Pagi sudah tidak bercahaya. Hujan terus turun sepanjang waktu. Langit gelap. Awan hitam menggumpal menakutkan. Nina hanya bisa berdoa agar awan hitam, angin kencang, dan petir pergi dari atas rumahnya.
Hari yang menyedihkan. Musim hujan tidak kunjung berakhir. Nina menatap sayu daun-daun basah.