Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Muludan Nabi di Cilegon

9 November 2019   22:47 Diperbarui: 9 November 2019   22:52 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muludan adalah tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di daerah Cilegon, Banten. Peringatan hari lahir Nabi ini pun dilaksanakan dalam rentan bulan Robiul Awal. Setiap masjid memiliki caranya yang unik, diantaranya dengan menggelar dzikir dan arak-arakan panjang mulud.

Berikut adalah potret rangkaian acara muludan di Cilegon.

Zikir Mulud

dokpri
dokpri
Sudah tradisi muludan, adanya grup atau Khafillah Zikir menjadi suasana semakin ramai dengan lantunan syair-syair atau pujian terhadap Kanjeng Nabi.

Setiap kampung biasanya memiliki grup Khafillah Zikir yang diminta untuk mengisi acara Muludan di kampung lainnya. Ini menggambarkan adanya silaturahmi yang terjalin antar kampung. Biasanya yang diundang sedikitnya 2 hingga 2 grup. Dimana satu grup bisa beranggotakan sedikitnya 60 orang.

dokpri
dokpri
Oh iya, sejarah  zikir mulud sudah populer pada tahun 1927. Syair yang dibacakan berdasarkan kitab berjanzi. lagu yang dibawakan pezikir adalah, pada saat duduk pertama yang dibaca adalah assala, alfasa, tanakal, walidal, singkir, dzikrun, dan badat.

Namun dalam posisi berdiri pezikir membacakan lagu hanya satu, yaitu : ya Nabi salam. Kemudian dilanjutkan lagi dengan posisi duduk yang kedua, dengan membacakan lagulagu terdiri dari ya Nur, Futur Kulwas, Ta'lam, Masmis, Wulidang, Talaubina Jalar nama, dan Habibun.  

Panjang Mulud

dokpri
dokpri
Ramainya lantunan syair zikir mulud, dilengkapi dengan adanya panjang mulud. Panjang mulud konon diwariskan sejak jaman Sultan Ageng Tirtayasa.

Panjang Mulud adalah tempat untuk mengangkut makanan, kemudian dibagikan pada perayaan muludan. Istilah atau penyebutan "panjang" ini pun berbagai makna, ada yang menterjemahkan bentuk dari sesajian itu sendiri karena banyaknya Panjang yang ditampilkan atau bentuk kapal yang panjang, ada juga yang mengartikan karena panjangnya prosesi yang harus dilalui dalam rangka memperingati Maulid Nabi ini.

dokpri
dokpri
Kemasan Panjang Mulud juga dihias semenarik mungkin, mulai dari bentuk kendaraan, masjid, perahu dan lainnya. Dari pemaknaan awal berkembang bukan hanya menaruh makanan, tapi merupakan memajangkan dan menyumbangkan hadiah berupa makanan yang khas, seperti nasi dan lauk pauknya. Panjang-panjang ini dihias bermacammacam bentuknya, seperti bentuk perahu, kapal terbang, ka'bah, kubah masjid, dan lain sebagainya.

Panjang Mulud juga mengikuti perkembangan jaman. Sampai-sampai ada warga yang mengeluarkan dalam bentuk motor, barang elektronik, lemari, dan lainnya. Panjang juga biasanya dihias dengan sejumlah lembaran uang kertas dengan nilai dari ratusan hingga jutaan rupiah.

Rangkaian acara diakhiri dengan arak-arakan Panjang Mulud di sekitar kampung.

Kembang Mulud

dokpri
dokpri
Dalam sajian makanan, terdapat kembang atau bunga yang merupakan hiasan dari telur. Yah, sebuah telur dihias layaknya bunga dengan kertas warna. Ini menjadi kekhasan yang unik untuk menghias panjang mulud.

Uniknya, pembuat Kembang Mulud dilakukan kaum laki-laki. Bahan-bahan yang disiapkan cukup simpel, seperti telur ayam atau bebek, lem yang dibuat alami dari aci, serta kertas warna. Perlu juga adanya sujen atau tusukan telur yang terbuat dari batang bambu.

Tampilan kembang mulud akan terlihat lebih indah. Berbagai bentuk bunga dengan warna warni, menjadikan muludan semakin semarak.

dokpri
dokpri
Muludan menjadi tradisi sebagai rasa cinta kepada Nabi. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah terus mengikuti ajaran Nabi Muhammad dan semoga di hari persidangan akhirat (hisab) kelak kita mendapatkan syafa'atnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun