Musik mengalun dengan gaya akustik, membawakan Lagu-lagu Indie Fiersah Besari dengan khas galaunya. Bahkan saya merasa datang bukan "Di Waktu yang Tepat" seperti nyanyian yang mengalun dari pengeras suara.
Saya awali penjelajahan dengan mendatangi kios-kios kecil yang berjejer rapih. Mencari buku sastra lawas berjudul Senja di Jakarta. Tujuan utama mendatangi tempat ini.
"Pak, ada buku Senja di Jakarta, penulis Muhtar Lubis," saya langsung bertanya kepada salah seorang pedagang. Ia sejenak terdiam, meminta rekan kerjanya mengecek, hingga jawaban pun menyakitkan, tidak ada!
"Woi, ada bukunya Muhtar Lubis? Buku sastra," teriaknya kepada pedagang lainnya. Saya diarahkan menuju kios yang ditunjuknya. Di sana pun tidak menemukan novel yang saya cari, meskipun ada buku karya Muhtar Lubis lainnya.
Satu persatu kios saya sisir. Setiap saya bertanya, dijawab tidak ada, lalu si pedagang akan mencari ke kios di sebelahnya. Seperti itulah kemudian. Tidak ada persaingan rupanya. Satu pedagang dengan pedagang lain saling bersautan melayani pengunjung.
Nasib buku yang saya cari tidak seperti Rangga yang gampang banget menemukan buku AKU karya Sumanjaya di lapak Almarhum Gito Rolis.
Jadi buku yang saya cari tidak ditemukan. Padahal saya perhatikan banyak buku lawas, mungkin bekas, yang menjadi koleksi di tiap kios. Terdapat buku sastra, buku kuliah, komik lawas pun ada, pokoknya beragam jenis buku ada. Hanya saja, emang dasar buku yang saya cari sudah habis.Â
JakBook Festival kemudian menjadi perhatian saya. Berbeda dengan pedagang kios, ini layaknya ala-ala pameran buku gitu, meskipun saat itu yang datang tidak terlalu ramai. Sudah satu bulan JakBook Festival berlangsung.Â
Disini saya membeli sebanyak 10 buku dengan total pembayaran kurang dari Rp150.000. Memilih buku yang paling murah. Hanya buku Garis Waktu karya Fiersa Besari dibandrol Rp58.000 dengan potongan 25% yang mahal, selebihnya kisaran harga Rp8.000-Rp20.000.