Mohon tunggu...
Mangatas Sidauruk
Mangatas Sidauruk Mohon Tunggu... -

Pencinta kehidupan dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Memindahkan Macet Jakarta

16 Mei 2014   04:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:29 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ibu kota Jakarta, kota yang dari pagi sampai malam selalu dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Jakarta hanya lengang ketika lebaran, karena banyak orang yang mudik. Lengang ketika hari libur jatuh pada hari kamis atau jumat,karena banyak yang ambil cuti.  Polusi udara yang semakin parah, kecelakaan semakin meningkat, tekanan dan ketegangan dijalan yang bertambah. jam kantor yang hanya 8 jam bertambah jadi 12 jam, karena 4 jam perjalanan dari rumah menuju kantor. Hari Sabtu dipakai untuk tidur seharian.

Kemacetan, saya teringat dulu kalau masuk jalan tol, bus PPD 46 begitu masuk tol bisa ngebut kencang, Cililitan komdak dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Coba sekarang, Cililitan ke komdak, bisa lebih dari 1 Jam, ada istilah orang Jakarta tua dijalanan,........

Solusi transportasi massal diharapkan bisa menyelesaikan kemacetan, tapi jalanan yang baru dibangun luasnya terbatas, Trans Jakarta banyak dianggap menambah kemacetan karena mengambil bagian jalan.

Saya merenung, sebagian besar kendaraan datang dari luar Jakarta, karena para pekerja banyak yang tinggal diluar Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi mereka berkantor dan bekerja di Jakarta.

Ada ide saya untuk bicara pada pemeritah daerah seperti Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi untuk membangun sebuah kawasan perkantoran terpadu yang letaknya di perbatasan kota Jakarta, di kawasan tersebut dibangun perkantoran yang merupakan cabang dari kantor pusat yang di Jakarta, sehingga para pegawainya bisa bekerja dekat dengan tempat tinggal.

Harapannya kemacetan bisa berkurang di Jakarta.

Salam,

Mangatas Sidauruk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun