Mengikuti jejak Bu Mimin, Bu Ambar melontarkan pertanyaan mengenai boleh tidaknya menyelipkan foto dalam tulisan. Urgensi foto dalam sebuah tulisan tergantung pada genre tulisan apa yang kita buat. Dalam esai perjalanan misalnya foto menjadi bukti nyata atas petualangan yang dilakukan. Dalam dunia jurnalistik, foto mendeskripsikan realitas sosial dan psikologis objek yang ditulis. Karena pertanyaan itu, buku Rahim Komunitas menjadi hak Bu Ambar. Sebagai cenderamata, buku Prof. Ngainun Naim Sang Inspirator diberikan kepada Ibu Kepala Sekolah.Â
Perhelatan acara selesai, kami diarahkan duduk di ruang kepala sekolah. Di sanalah kami diminta untuk menandatangani beberapa lembar berkas setah sebelumnya Pak Pinkan menanyakan kepemilikan NPWP. Bang Woks menyebutkan penerimaan amplop cokelat itu menegaskan kami sebagai pengamen elit. Mungkin ceritanya akan berbeda jikalau kami menolak diberi amplop. Ah, sudahlah.
Tulungagung, 6 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H