Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengubah Realitas Menjadi Fiksi Mini

19 September 2024   06:20 Diperbarui: 19 September 2024   06:21 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, kebiasaan terburu-buru dan cepat bosan menjadikan orang tak suka dengan cerita yang terlalu panjang. Termasuk didalamnya berusaha menghindari status facebook, whatsapp ataupun instagram yang berisi tulisan panjang kali lebar. Kedua sikap sebelumnya, mengondisikan diri seseorang untuk mengonsumsi konten singkat dan menghibur. Maka jangan heran jika generasi z lebih cenderung suka joget viral di tiktok daripada membaca buku perpustakaan atau membeli buku di toko online. 

Keempat, era digital menyebabkan setiap orang lebih suka menyendiri. Sebuah fakta yang tak dapat dinafikan, bahwa masyarakat dunia semakin dimudahkan dan terbantu oleh kemutakhiran dunia digital. Akan tetapi di saat yang bersamaan, sadar tidak sadar, masyarakat terkondisikan untuk tumbuh kembang dan diasuh oleh media digital dalam kesendirian. Baik buruk; benar salah secara fisik tampak terkungkung ruang namun hakikatnya seseorang itu sedang menerobos segala hal dalam kesendirian. 

Sedangkan harus langsung terhubung (harus ada korelasi instan) adalah alasan yang terakhir. Dalam konteks ini, khalayak mulai muak dengan alur dan setting yang meliuk-liuk. Ada persepsi yang bergulir, bahwa sesuatu konten yang ia baca, dengar dan tonton akan dipilih dan dikonsumsi jika memiliki sangkutpaut dengan pembahasan sebelumnya. Dalam hal ini, faktanya kini kita bersaing ketat (bahkan beradu) antara konten yang disodorkan algoritma otomatis digital dengan konten yang kita dikehendaki. 

Sebab lima alasan itulah fiksi mini menjadi pilihan yang tepat. Fiksi mini ibarat fast food yang memiliki resep jitu dan penuh sensasi. Fiksi mini dapat mencukupi dahaga netizen yang membutuhkan asupan hidangan cepat, tiba-tiba habis dengan penuh kejutan dan ingin nambah lagi. Persis pola konsumtif manusia modern yang maunya serba instan, memuaskan dan mudah ketagihan. 

Mari kita buktikan bersama seberapa mini bentuk dari fiksi mini. Secara struktural, fiksi mini setidaknya harus memiliki empat ciri, yaitu: lebih ringkas dari cerita pendek, umumnya di bawah 1000 kata, cerita disesuaikan dengan media yang digunakan: Facebook, Twitter, Instagram atau pun website, dan bersifat suka-suka penulis: terdiri dari 300-500 kata alaskan mengikuti rambu-rambu persyaratan yang berlaku. 

Apa syarat yang berlaku dalam fiksi mini? Ada tujuh syarat utama yang menjadi unsur penting fiksi mini. Tujuh unsur penting tersebut yakni berpikir minimalis, karakter harus kuat, setting cerita terjadi di satu waktu dan satu tempat, konflik selesai dengan plot twisted; plintiran cerita, alur cerita cepat dan cerita tidak bertele-tele. 

Sesimple itulah unsur yang harus terpenuhi dalam menyusun fiksi mini. Namun, masalahnya sekarang bertambah. Harus dari manakah kita mulai menulis fiksi mini? Langkah itu yakni dimulai dengan menggali ide, menciptakan tokoh, membuat judul, menentukan setting lokasi, konfliknya seperti apa hingga menyusun ending yang mengejutkan. Nah, mudah bukan? Mari kita mulai menulis fiksi mini berbekal ide masing-masing.

Tulungagung, 19 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun