Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Wisuda: Pelita Hidupku

22 Mei 2023   10:36 Diperbarui: 22 Mei 2023   11:08 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri gunung Syawal

Di antara dua pelita aku tumbuh
Dipupuk penuh kasih sayang dan cinta yang utuh
Aku pelipur lara hati yang membungkam jiwa-jiwa yang terbelenggu keluh dan peluh
Bagai permata yang tak boleh kotor atau pun luruh

Engkau genggam jemari mungilku di kala tak mampu apa-apa
Bahkan yang menyehatkan dan membesarkan tubuhku lantaran jasa
Merangkak, berjalan hingga ku berlari menuju tempat yang ku suka
Engkau sempurnakan dahaga keingintahuanku yang terus menganga

Engkau sandaran tubuhku yang ringkih dan papa
Lentera hati di saat gundah gulana
Di kala kecil bahkan hingga detik ini engkau tetap madrasatul Ula
Pengetahuan mendasar tentang hidup tertancapkan kuat ke dalam dada
Pun isian kepala

Baca juga: Puisi | Jelata

Kelembutan tangan bersambut kehangatan
Menginjak usia ranum akan pengetahuan
Engkau cukupi kebutuhan setiap jenjang pendidikan
Dari usia dini hingga kumenginjakkan kaki di Baitul Qur'an
Tempat terbaik menengguk tetesan ilmu agama dan pengetahuan

Min adzulumati ilannur
Nafas-nafas kebebalan diri mulai gugur
Segenap kebaikan ilmu dan akhlak mulia telah terkucur
Nasehat dan bimbingan dewan asatidz tak pernah mampu diukur

Tak henti-hentinya daku didik dengan ketulusan hati yang lapang
Di saat alfa akan tugas dan tanggung jawab berulangkali aku diingatkan dengan penuh kasih sayang
Meski kambuhan banyak terhidang
Meski ogah dan sikap ngeyel banyak melintang

Min adzulumati ilannur
Enam tahun sudah tangan ini digenggam
Ada pertemuan pun ada perpisahan
Bocah yang dulu datang sesekali ingusan akan diwisuda sebagai tanda kelulusan
Pun perpisahan tinggal terhitung jemari tangan

Baca juga: Puisi 2.0: Bencana

Namun silaturahim tak mengenal tanda titik
Goresan pengalaman yang terukir dibenak biar menjadi bekal melangkah
Menyusuri lorong-lorong kehidupan antah berantah
Yang entah di mana gerangan si papa ini akan berlabuh

Biduk mana yang harus kukayuh
Pulau nun dekat atau pun jauh

Fabi ayyi aalaaa irobbukuma tukadzibannn
Gunungan syukur kami panjatkan kehadirat Robbul Ijati
Terima kasih daku rapal tak bertepi
Untaian doa terbaik senantiasa terpajat dan mengiringi

Teruntuk malaikat tak bersayap hidupku yang tak henti-hentinya meniupkan ruh ke dalam hati
Terkhusus dewan asatidz tercinta yang berjuang di lingkungan sekolah Qur'ani
Semoga kebajikan dan keberkahan senantiasa meliputi

Tulungagung, 22 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun