**
Harus ditegaskan di awal, bahwa tulisan ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya yang berjudul Mengokohkan Karakter Siswa melalui Upacara Bendera. Untuk mendapatkan alur cerita yang bersambung silakan mampir pada postingan sebelumnya.
***
Perhelatan upacara bendera selesai dilaksanakan. Siswa-siswi diistirahatkan. Semua siswa diinstruksikan untuk jongkok dan duduk santai di tempat semula mereka berdiri. Santai namun tetap terkondisikan dengan baik: Tetap rapi, tidak celometan dan membuat gaduh.Â
Pak tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru selaku pengawas upacara bendera di setiap sekolah kecamatan Kedungwaru mulai menyampaikan hasil evaluasi dari perhelatan upacara bendera yang telah digelar. Hasil evaluasi tersebut bersifat mata pisau: Terdapat kelebihan dan kekurangan; positif dan negatif.
Terdapat sisi positif yang dinilai telah bagus dari perhelatan upacara bendera di Baitul Qur'an, di antaranya petugas pembaca Undang-undang Dasar 1945 dan pengibar bendera. Kategori bagus yang disematkan bagi pembaca teks UUD 1945 dipandang dari aspek pelafalan, tegas dan intonasi suara. Begitu halnya dengan petugas pengibar bendera secara protokoler sudah bagus meski pimpinan petugas pengibaran bendera juga harus tegas dalam memberikan instruksi.Â
Adapun beberapa hal yang harus diperbaiki lebih lanjut dalam perhelatan upacara bendera selanjutnya adalah ketegasan dari petugas pembaca protokol upacara, petugas pembacaan do'a dan pimpinan upacara. Masukkan lainnya adalah saat mengheningkan cipta tidak elok jika sambil bernyanyi. Itu artinya kehadiran tim paduan suara sangat penting dan dibutuhkan dalam hal ini.Â
Faktanya, memang selama ini dalam perhelatan upacara bendera tidak pernah ada tim panduan suara yang ditempatkan, dilatih dan diseleksi secara khusus. Mengapa yang demikian terjadi? Karena memang kuantitas siswa yang sedikit menjadi bahan pertimbangan dewan asatidz.Â
Kendati begitu, saya kira masukan tersebut sangatlah baik dan layak untuk dipertimbangkan. Pertimbangannya, dengan dibentuk tim panduan suara khusus dapat menjadi representasi bagi generasi selanjutnya. Para siswa yang masih duduk di bangku kelas bawah: 1, 2 dan 3 dapat menyaksikan, menghayati dan meneladani langsung proses menyanyi yang dilakukan tim panduan suara kelas atas.Â
Selain memberi saran untuk membuat tim panduan suara khusus, Pak tentara juga menyarankan untuk menyanyikan lagi nasional wajib. Lagu nasional wajib itu misalnya Halo-halo Bandung, Ampar-ampar Pisang, Maju Tak Gentar, Rayuan Pulau Kelapa, Bendera Merah Putih dan lain sebagainya. Dengan demikian tim paduan suara tidak semata-mata menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Gugur Bunga tatkala mengheningkan cipta.Â
Evaluasi atas perhelatan upacara bendera tersebut tentu saja sangatlah penting guna meningkatkan kualitas dan kemampuan para siswa di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung. Melalui evaluasi tersebut plus minus yang ada menjadi jauh lebih kentara. Melalui kritik saran yang diberikan tersebut setidaknya dapat menjadi tolok ukur kami (dewan asatidz) dalam proses penempatan upacara bendera selanjutnya.Â
Kami yakin, pelan-pelan tapi pasti perubahan dan perkembangan menuju arah yang lebih baik akan terjadi selama sumber daya manusia lembaga yang ada tidak menutup mata, bersikap kooperatif dan terus bersinergi untuk proses latihan yang terus digalakkan tanpa henti. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas kritik dan sarannya.
Tulungagung, 14 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H